Underwriting bukan merupakan istilah yang biasa didengar dalam percakapan sehari-hari. Namun, beda halnya di dunia asuransi, underwriting sangat umum dibicarakan. Jika kamu berniat untuk mengajukan asuransi, memahami istilah underwriting dan prosesnya bisa membantumu selama proses pengajuan. Oleh karena itu, pahami dan kenali lebih jauh dengan proses underwriting yang telah dirangkum oleh tim Qoala berikut ini.
Apa itu underwriter asuransi?
Sebenarnya, profesi sebagai underwriter adalah umum di sektor keuangan. Oleh sebab itu, kamu barangkali pernah membaca apa itu underwriter dengan berbagai definisi di dunia KPR hingga pasar modal. Di dunia asuransi, kamu juga akan menemukan profesi underwriter dengan arti berbeda. Pengertian underwriter asuransi adalah seseorang dengan tugas menilai, memeriksa, dan menguji kelayakan seorang nasabah untuk menerima manfaat asuransi. Peran underwriter utamanya dibutuhkan guna mengetahui apakah seorang nasabah mengalami risiko yang diasuransikan.
Misalnya, seorang nasabah asuransi mengajukan klaim asuransi biaya kesehatan karena terkena radang paru-paru. Setelah diperiksa underwriter, ternyata penyakit tersebut terjadi karena nasabah merokok. Akhirnya berdasarkan penilaian underwriter, nasabah tidak berhak menerima 100% klaim karena penyakit nasabah terjadi karena kelalaian pribadi.
Setelah mengetahui pengertian dari underwriter di bidang asuransi, kali ini kita akan membahas bagaimana cara kerjanya. Saat nasabah mengajukan klaim manfaat, pihak asuransi biasanya akan menunjuk pihak underwriter independen guna menganalisa kondisi nasabah. Beberapa aspek yang dianalisa misalnya alasan klaim, jumlah tanggungan nasabah, nilai kekayaan, dan sebagainya.
Setelah proses analisa usai, underwriter akan membuat laporan underwriting untuk asuransi maupun nasabah. Di dalam laporan underwriting, asuransi bisa memperoleh data terbaru nasabah saat pengajuan klaim dan melakukan sinkronisasi dengan data di awal pendaftaran asuransi nasabah. Selain itu, asuransi juga akan memakai laporan underwriting guna melakukan pencairan. Apabila dari pemeriksaan terbukti nasabah mengajukan klaim tidak sesuai kondisi yang diperjanjikan di awal, asuransi akan mengurangi jumlah klaim dan meminta underwriter menyampaikan alasannya pada nasabah.
Sebagai informasi, berikut ini adalah keputusan underwriting yang perlu kamu ketahui:
Diterima secara penuh
Artinya, calon nasabah termasuk dalam kategori preferred risk dan standard risk, yaitu nasabah memenuhi seluruh syarat proses underwriting. Calon nasabah dapat menerima seluruh manfaat yang diajukan, sehingga dapat membeli asuransi yang sesuai dengan pengajuannya.
Diterima namun dengan pengecualian
Artinya, calon nasabah diterima namun terdapat beberapa penyakit tertentu yang tidak ditanggung pihak asuransi. Pengecualian ini berdasarkan kondisi kesehatan calon nasabah. Jangka waktu pengecualian tanggungan untuk setiap individu dapat berbeda-beda, ada yang bersifat permanen dan ada yang bersifat sementara yang artinya hanya dalam beberapa tahun saja.
Diterima dengan pembayaran premi ekstra
Artinya, calon nasabah termasuk dalam kategori substandard risk, perusahaan asuransi menerima pengajuan nasabah dengan syarat tertentu dimana calon nasabah akan tetap mendapat manfaat sesuai dengan yang diajukan. Namun dengan catatan nasabah harus membayar premi ekstra yang lebih mahal daripada yang biasanya.
Ditolak
Artinya, calon nasabah termasuk dalam kategori declined risk atau uninsurable, perusahaan asuransi tidak menerima pengajuan yang diajukan. Hal ini dikarenakan risiko yang terlalu besar dan juga beberapa faktor lainnya seperti penyakit dan usia.
Tugas underwriting asuransi
Pada dasarnya, ada sejumlah tugas utama dari seorang underwriter, diantaranya:
1. Mengumpulkan data
Seorang underwriter harus melakukan riset mengenai calon nasabah asuransi. Tujuannya untuk mengumpulkan data calon nasabah itu sendiri. Memberikan form data pribadi, menggelar wawancara, survei dan sebagainya adalah beberapa cara untuk mengumpulkan data calon nasabah. Pada produk-produk asuransi tertentu, pengumpulan data bisa dilakukan melalui tes spesifik. Produk asuransi kesehatan, misalnya, bisa saja memerlukan tes medis yang harus diikuti oleh calon nasabah. Ada pula tes kelayakan untuk asuransi harta benda, seperti rumah dan mobil.
Terkadang, underwriter juga perlu mengunjungi langsung calon nasabah. Pada asuransi properti, misalnya, mengharuskan underwriter untuk memeriksa kondisi properti calon nasabah. Pemeriksaan ini mencakup berbagai titik, seperti atap, tembok, fondasi dan sebagainya.
2. Memverifikasi data
Setelah mengumpulkan data, seorang underwriter juga perlu untuk memverifikasinya. Verifikasi data diperlukan guna memastikan validitas dan kebenaran data yang terkumpul. Beberapa cara untuk memverifikasi data ialah memeriksa riwayat kredit calon nasabah di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), riwayat pembayaran pajak calon nasabah dan sebagainya.
3. Menganalisa
Seorang underwriter juga perlu menganalisa berbagai informasi yang telah terkumpul dan terverikasi. Analisa ini dilakukan dengan mencakup berbagai aspek, seperti jenis risiko, frekuensi terjadinya risiko, seberapa besar dampak yang ditimbulkan jika risiko terealisasi dan lain-lain. Jika diperlukan, analisa ini juga meliputi survei pasar yang cukup komprehensif. Lazimnya, underwritermenggunakan software khusus dan data aktuaria untuk menganalisa kondisi pasar dan kemungkinan serta besarnya risiko. Risiko pun bisa dikategorikan dalam beberapa jenis, seperti risiko kesehatan, pekerjaan, hobi dan sebagainya. Kategorisasi risiko ini membantu seorang underwriter untuk menganalisa informasi yang telah terkumpul mengenai calon nasabah.
4. Melakukan appraisal
Selanjutnya, tugas underwriter adalah melakukan appraisal, yakni menentukan klaim yang sesuai bagi nasabah asuransi. Underwriter akan menaksir nominal klaim yang layak bagi nasabah berdasarkan analisanya. Nantinya, estimasi appraisal akan tercantum pada polis asuransi.
5. Membuat keputusan
Biasanya, ada beberapa jenis keputusan yang akan disampaikan kepada calon nasabah, yaitu menerima atau menolak pengajuan asuransi. Namun, beberapa detil bisa menjadi tambahan, misalnya menaikkan nilai premi atau tanggungan. Data calon nasabah harus sesuai dengan faktanya. Sikap jujur pun diperlukan dari calon nasabah. Bila calon nasabah memalsukan data saat hendak menggunakan produk asuransi, maka bisa berdampak buruk bagi calon nasabah tersebut. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan terjadi pembatalan polis asuransi. Pembatalan polis asuransi berakibat pada hangusnya uang yang telah disetor oleh nasabah.
Jenis underwriting asuransi
Ada 3 jenis underwriting menurut beberapa sumber, berikut adalah di antaranya yang bisa kamu pahami, yaitu:
1. Loan underwriting
Setiap pinjaman harus melalui proses underwriting. Dalam banyak kasus, underwriting dilakukan secara otomatis dan melibatkan;
- penilaian riwayat kredit pemohon
- laporan keuangan
- nilai jaminan yang ditawarkan
- faktor lain yang bergantung pada ukuran dan tujuan pinjaman
Salah satu bentuk umum dari loan underwriting yaitu hipotek.
2. Insurance underwriting
Insurance underwriting adalah proses yang fokus pada calon pemegang polis, atau orang yang mencari asuransi kesehatan atau jiwa. Underwriting asuransi kesehatan biasanya digunakan untuk menentukan besaran jumlah yang harus ditagihkan ke pemohon berdasarkan kondisinya. Sedangkan, underwriting asuransi jiwa dilakukan untuk menilai risiko mengasuransikan calon pemegang polis berdasarkan;
- usia
- kesehatan
- gaya hidup
- pekerjaan
- riwayat kesehatan keluarga
- hobi
3. Securities underwriting
Securities underwriting digunakan untuk menilai risiko dan harga untuk sekuritas yang biasanya terkait dengan IPO. Jenis underwriting ini dilakukan atas nama calon investor, yang biasanya merupakan bank investasi. Berdasarkan hasil dari proses underwriting, sebuah bank investasi akan membeli surat berharga perusahaan yang akan melakukan IPO. Kemudian, surat berharga tersebut akan dijual di pasar modal. Underwriting ini memastikan IPO perusahaan bisa menghasilkan modal yang dibutuhkan dan memberi underwriter premi atau profit dari layanan yang diberikannya.
4. Medical underwriter
Medical underwriter adalah pihak yang mewajibkan calon nasabah untuk melakukan tes kesehatan sebelum menentukan besar premi asuransi yang harus dibayarkan. Dengan demikian, pelaku utama tidak dapat menentukan identifikasi terhadap calon nasabah sendirian, karena perlu juga bantuan dari medical underwriter. Mereka akan menyeleksi calon nasabah dalam beberapa faktor, mulai dari riwayat kesehatan, gaya hidup, kebutuhan kesehatan individu, dan sebagainya. Jika calon nasabah memiliki risiko terkena penyakit atau terdiagnosis dengan suatu penyakit kritis, akan ada kemungkinan bahwa polis calon nasabah ditolak.
5. Financial underwriter
Financial underwriter adalah pihak yang memiliki tujuan untuk mengetahui besar pengeluaran calon nasabah dan membandingkan dengan premi yang akan dibayar. Biasanya financial underwriter menawarkan produk-produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan pengeluaran calon nasabah. Underwriter diperlukan untuk setiap jenis asuransi, termasuk asuransi mobil. Premi untuk asuransi mobil juga disesuaikan dengan hasil keputusan dari seorang financial underwriter.
Bagaimana proses underwriting?
Terdapat beberapa tahap dalam melakukan underwriting. Berikut proses underwriting terbagi menjadi 4 tahap sederhana, diantaranya:
1. Pengajuan Data dari Calon Nasabah
Pertama-tama calon nasabah akan mengisi data-data yang pihak asuransi inginkan. Data-data ini pada umumnya tentang riwayat kesehatan. Setelah itu, data-data yang telah nasabah isi akan diberikan ke underwriter untuk mereka analisis.
2. Mengidentifikasi Risiko
Underwriter akan mengidentifikasi risiko yang calon nasabah miliki dari data-data yang telah terkumpul. Terdapat beberapa faktor untuk menganalisis apakah pengajuan calon nasabah mereka terima atau tidak. Faktor yang paling umum adalah faktor risiko medis dan faktor risiko pribadi. Contoh dari faktor risiko medis adalah riwayat medis dan postur tubuh. Sedangkan contoh dari faktor risiko pribadi adalah pekerjaan, hobi, gaya hidup, serta lokasi tempat tinggal. Faktor-faktor tersebut selanjutnya akan underwriter seleksi.
3. Mengelompokkan Risiko
Setelah mengidentifikasi risiko, underwriter akan mengklasifikasikan risiko-risiko yang calon nasabah miliki ke beberapa kategori. Terdapat 4 kategori risiko yang utama. Kategori tersebut adalah declined risk, substandard risk, standard risk, dan preferred risk. Semakin tinggi tingkat risiko yang calon nasabah miliki, maka semakin besar premi yang harus ia bayarkan. Bahkan, jika risiko yang ia miliki terlalu tinggi, ada kemungkinan perusahaan asuransi akan menolak pengajuan dari calon nasabah.
4. Mengirimkan Pengajuan Calon Nasabah Kembali
Setelah risiko calon nasabah mereka klasifikasikan, underwriter dapat menentukan pengajuan calon nasabah mereka terima atau tidak. Jika pengajuan calon nasabah mereka terima, maka polis akan segera mereka berikan ke calon nasabah.
Manfaat underwriting asuransi
Kenapa seorang agen harus melakukan proses seleksi dulu? Tujuan adanya underwriter adalah memberikan keadilan kepada nasabah dalam menentukan jumlah premi yang harus dibayarkan. Jumlah premi asuransi pun juga diharapkan tidak merugikan asuransi ketika nasabah mengajukan klaim beragam produk asuransi jiwa maupun lainnya.
Jika agen asuransi telah menentukan besar premi dengan tepat, maka pihak asuransi tidak terbebani dengan risiko yang akan dialami oleh calon nasabah. Suatu polis akan ditolak jika risiko penyakit atau beban klaim terlalu banyak. Di satu sisi, nasabah pun tidak akan terpaksa membayar premi yang terlalu tinggi, karena preminya sudah disesuaikan dengan hasil underwriting. Untuk menghindari hal tersebut, itulah alasan underwriter sangat dibutuhkan suatu perusahaan asuransi supaya tetap mendapatkan keuntungan.
Dalam proses underwriting, setelah identifikasi risiko sudah dilakukan, selanjutnya underwriter akan mengelompokkan calon tertanggung dalam kategori risiko. Yaitu, declined risk atau penolakan polis, substandard risk atau diterima dengan syarat tertentu, standard risk atau diterima dengan jumlah premi sesuai dan prefered risk atau diterima dengan jumlah premi di bawah standar.
Semakin tinggi risiko, semakin besar pula premi yang akan dibebankan pada calon tertanggung. Sedang untuk jenis declined risk, itu berarti perusahaan asuransi tidak bisa menanggung risiko yang dimiliki oleh calon tertanggung sehingga pengajuan asuransi ditolak. Apakah sebagai calon tertanggung, kita bisa memperkirakan bobot risiko yang kita miliki? Secara sederhana, kita sebenarnya bisa sedikit memperkirakan bobot risiko pribadi dan pengaruhnya pada beban premi kelak.
Sebagai contoh, dalam pengajuan asuransi jiwa atau asuransi kesehatan, seorang calon tertanggung berusia 40 tahun, bergaya hidup kurang sehat (aktif merokok) dan memiliki riwayat penyakit kritis di keluarga akan memiliki bobot risiko lebih besar dibanding calon tertanggung berusia 30 tahun, tidak merokok dan tidak memiliki riwayat penyakit kritis di keluarga. Alhasil, karena risiko lebih besar, premi yang dikenakan akan lebih mahal.
Di bagian terakhir ini, kita akan membahas beberapa kriteria risiko nasabah menurut underwriter, yaitu antara lain:
- Declined Risk
Declined risk menurut penilaian underwriter adalah jenis risiko tertinggi yang dialami nasabah, dengan kemungkinan terjadinya hampir mencapai 100% dalam jangka waktu pendek, contohnya calon nasabah asuransi dengan vonis usia tinggal 3 bulan. Umumnya, underwriter akan menolak sepenuhnya pengajuan asuransi dari nasabah seperti ini. - Substandard Risk
Kriteria risiko kedua menurut underwriter adalah substandard risk, yaitu risiko tinggi tapi belum mencapai 100%. Di bidang asuransi kesehatan, kriteria substandard risk umumnya diberikan pada nasabah dengan gaya hidup kurang sehat. - Standard Risk
Kriteria risiko asuransi yang ketiga adalah standard risk, yaitu nasabah dengan risiko standar. Sebagian besar underwriter hanya berani memberi appraisal klaim bagi nasabah dengan tingkat risiko ini. - Preferred Risk
Kriteria terakhir risiko menurut underwriter asuransi adalah preferred risk, yaitu nasabah dengan risiko terendah. Proses underwriting untuk nasabah dengan tingkat risiko ini biasanya lebih mudah dan cepat. Contoh nasabah dengan preferred risk misalnya nasabah asuransi pendidikan tinggi yang anaknya masih balita, asuransi jiwa bagi remaja, dan sebagainya.
Seleksi risiko atau underwriting adalah tahapan yang wajib dijalankan dalam proses asuransi. Calon nasabah atau calon tertanggung asuransi perlu memahami pentingnya tahap ini agar proses pengasuransian bisa berjalan lancar. Maka dari itu, upayakan untuk mengikuti prosesnya dengan sebaik-baiknya.
Caranya, pastikan kamu memberikan data dan informasi yang jujur dalam tahap seleksi risiko sejak tahap pertama bersama agen asuransi. Tidak perlu menutupi sebuah kondisi yang bisa mempengaruhi pembobotan risiko dan premi. Pasalnya, apabila di kemudian hari terbukti ada ketidakjujuran atau penyembunyian informasi material, polis kamu bisa batal dan jika terjadi risiko maka perusahaan asuransi bisa menolak klaim yang diajukan.
Cara lain supaya bobot risiko dan besar premi asuransi tidak mahal adalah dengan mengasuransikan diri sedini mungkin. Misalnya, membeli asuransi kesehatan jauh-jauh hari ketika kondisi tubuh masih sehat. Mengasuransikan mobil ketika kondisinya masih baru dan bagus. Membeli asuransi jiwa begitu kamu bertindak sebagai pencari nafkah keluarga,dan lain sebagainya.
Dengan memahami pentingnya proses underwriting dalam asuransi, kamu bisa mengukur seberapa besar risiko dan premi yang bakal kamu tanggung. Mengetahui beban premi dapat membantu kamu menyiapkan alokasi anggaran untuk kebutuhan asuransi. Dengan begitu, risiko finansial bisa kamu kelola lebih baik.
Itu dia pengetahuan perlindungan diri penting terkait underwriting asuransi. Selain pentingnya keberadaan underwriting asuransi, kamu dan pasangan bisa mengikuti program asuransi. Nantinya, asuransi akan sangat membantu jika mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Kamu dan pasangan bisa mengikuti program asuransi, seperti asuransi kesehatan, pendidikan anak, asuransi jiwa, dan lain sebagainya. Jika tertarik, bisa mencari tahu informasinya lebih lengkap di Qoala App atau membacanya lebih lanjut di laman Blog Qoala.