Cuci darah atau hemodialisis adalah rangkaian prosedur perawatan tubuh yang dimaksudkan untuk menyaring limbah dan juga air dari darah, sama halnya seperti fungsi ginjal di dalam tubuh.
Cuci darah dilakukan ketika ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga racun menumpuk di dalam tubuh dan menimbulkan banyak gangguan kesehatan.
Prosedur cuci darah dapat dilakukan di rumah sakit terdekat dan biasanya berlangsung selama 3-4 jam dan dilakukan 2-3 kali dalam seminggu.
Sakit ginjal membuat kamu harus melakukan cuci darah agar bisa tetap melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Namun, biaya cuci darah tidaklah murah, sehingga kamu harus menyiapkan dana untuk bisa melakukannya secara rutin. Untuk kamu yang memerlukan informasi terkait dengan biaya cuci darah dapat melihat informasi yang Qoala berikan di bawah ini.
Berapa biaya cuci darah di rumah sakit?
Cuci darah, yang juga disebut hemodialisis, jadi rutinitas bagi pasien yang mengalami gagal ginjal. Sayangnya, prosedur ini tidak murah. Untuk sekali cuci darah, biayanya sekitar Rp400 ribu sampai Rp5 jutaan, belum termasuk biaya perawatan di rumah sakit.
Hal ini menjadi masalah bagi banyak pasien, terutama yang kurang mampu. Tapi, sekarang para pasien yang terdaftar di Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) nggak perlu khawatir lagi. BPJS Kesehatan sekarang menanggung biaya cuci darah sesuai prosedur yang berlaku buat peserta JKN.
Cuci darah nggak bisa kamu lakukan di setiap tempat, cuma beberapa klinik atau rumah sakit yang punya fasilitas untuk itu. Kalau kamu ingin tahu lebih detail, di bawah ini ada beberapa klinik dan rumah sakit yang bisa kamu kunjungi untuk konsultasi kesehatan ginjal dan cuci darah, beserta perkiraan biayanya.
Klinik dan rumah sakit untuk konsultasi ginjal
Berikut ini adalah daftar klinik dan rumah sakit untuk konsultasi ginjal disertai dengan kisaran biaya kesehatan terkait konsultasi ginjalnya.
- RS Khusus Ginjal Ny. R.A. Habibie Bandung, Dimulai dari Rp200.000
- Mayapada Hospital Bogor BMC Bogor. Dimulai dari Rp250.000
- Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta. Dimulai dari Rp420.000
- Rumah Sakit Umum YARSI Jakarta. Dimulai dari Rp350.000
- Rumah Sakit Baiturrahim Jambi. Dimulai dari Rp200.000
- Klinik Ratulangi Medical Center Makassar. Dimulai dari Rp250.000
- Charitas Hospital Palembang. Dimulai dari Rp175.000
- Mitra Keluarga Waru Sidoarjo. Dimulai dari Rp224.000
- Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Tangerang. Dimulai dari Rp118.000
- Rumah Sakit Medika BSD Tangerang Selatan. Dimulai dari Rp200.000
Klinik dan rumah sakit untuk cuci darah (peritoneal dialysis)
Berikut ini adalah daftar klinik dan rumah sakit untuk cuci darah disertai kisaran biaya cuci darah.
- Rumah Sakit Immanuel Bandung. Biaya cuci darah dimulai dari Rp5.537.000
- Primaya Hospital Tangerang. Biaya cuci darah dimulai dari Rp2.030.000 ‐ Rp3.040.000
- RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Biaya cuci darah kecil: Rp1.000.000-Rp3.000.000. Cuci darah sedang: Rp3.050.000-Rp6.000.000. Cuci darah besar: Rp6.500.000-Rp11.000.000
- Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso Jakarta, Biaya cuci darah dimulai dari Rp400.000 – Rp1.200.000
- Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Tangerang. Biaya cuci darah dimulai dari Rp750.000 – Rp877.000
- Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya . Biaya cuci darah dimulai dari Rp1.100.000
Apakah asuransi mengcover biaya cuci darah?
Umumnya, dalam polis asuransi kesehatan swasta, perawatan cuci darah tidak termasuk dalam pertanggungan dasar. Alasan utamanya adalah karena cuci darah adalah bagian dari pengobatan penyakit kritis (critical illness).
Penyakit kritis merujuk pada kondisi medis yang mengancam jiwa dan memerlukan perawatan intensif, seringkali dengan proses perawatan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, perawatan penyakit kritis melibatkan biaya yang signifikan, dan dalam konteks asuransi kesehatan, perlindungan terhadap penyakit kritis tidak selalu termasuk dalam manfaat dasar.
Untuk mendapatkan perlindungan diri terhadap penyakit kritis, termasuk cuci darah, biasanya diperlukan tambahan dalam bentuk rider atau polis khusus yang dirancang untuk meng-cover penyakit kritis. Dalam situasi di mana peserta mengalami penyakit kritis, asuransi akan memberikan pembayaran berupa uang tunai sebagai santunan. Sebagai contoh, beberapa produk asuransi yang meng-cover penyakit kritis, termasuk gagal ginjal, antara lain adalah:
MiUltimate Critical Care dari Manulife: Produk ini mencakup 50 jenis penyakit kritis, termasuk gagal ginjal, dengan batas maksimum santunan sebesar Rp200 juta. Namun, produk ini hanya tersedia untuk mereka yang berusia di bawah 65 tahun.
PRUCover Benefit Plus dari Prudential: Produk ini merupakan tambahan dari PRULink Generasi Baru dan menawarkan perlindungan terhadap penyakit kritis stadium akhir dengan batas maksimum santunan sebesar Rp200 juta.
Sementara BPJS Kesehatan, sebagai asuransi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia, telah mencakup biaya cuci darah. Namun, bagi individu yang menginginkan perawatan medis yang lebih baik dan memiliki sumber daya finansial yang memadai, membeli asuransi penyakit kritis dari perusahaan asuransi swasta adalah opsi yang dapat dipertimbangkan.
Perlu diingat bahwa beberapa asuransi swasta memiliki ketentuan mengenai kondisi medis sebelumnya (pre-existing condition), yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengajukan klaim. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami dengan baik ketentuan-ketentuan ini sebelum membeli polis asuransi.
Jika kamu telah memiliki polis asuransi kesehatan, kamu dapat memeriksa dokumen polis untuk memahami apakah cuci darah termasuk dalam pertanggungan atau apakah ada tambahan (rider) yang mencakup penyakit kritis.
Daftar asuransi yang mengcover biaya cuci darah
Asuransi yang mengcover biaya cuci darah di Indonesia, di antaranya adalah: Q Hospital Rider, Sequis Super Easy Health, Hybrid Group Health Protection.
Q Hospital Rider
Asuransi kesehatan tambahan ini dirancang untuk memberikan perlindungan yang komprehensif. Berikut adalah beberapa karakteristik utamanya:
Perlindungan Rawat Inap di Seluruh Dunia: Produk ini memberikan perlindungan rawat inap di seluruh dunia, memberikan kamu rasa tenang saat berada jauh dari rumah.
Perlindungan Penyakit Kritis: kamu akan mendapatkan perlindungan terhadap penyakit kritis seperti kanker dan perawatan cuci darah.
Perlindungan Pra dan Pasca Rawat Inap: Produk ini juga mencakup perlindungan pra dan pasca rawat inap, membantu kamu dalam perawatan sebelum dan setelah rawat inap.
Sequis Super Easy Health
Produk ini adalah asuransi kesehatan tradisional yang menawarkan perlindungan kesehatan yang komprehensif. Berikut adalah karakteristik utamanya:
Manfaat biaya rawat jalan dan rawat inap: kamu akan mendapatkan manfaat biaya untuk perawatan rawat jalan dan rawat inap.
Manfaat biaya jalan kemoterapi, radioterapi, dan cuci darah: Produk ini mencakup biaya perawatan khusus seperti kemoterapi, radioterapi, dan cuci darah.
Manfaat asuransi tahunan hingga Rp1 miliar: Dengan manfaat asuransi tahunan sebesar Rp1 miliar, kamu dapat mengatasi biaya perawatan kesehatan yang mungkin timbul.
Hybrid Group Health Protection
Produk ini adalah produk asuransi kesehatan kumpulan yang dirancang untuk perusahaan, untuk melindungi karyawan dan keluarga mereka. Berikut adalah beberapa karakteristik utamanya:
Pertanggungan 24 jam dan berlaku di seluruh dunia: Produk ini memberikan perlindungan sepanjang waktu dan di seluruh dunia, memberikan ketenangan pikiran kepada karyawan.
4 Manfaat Utama: Terdapat 4 manfaat utama, yaitu Manfaat Meninggal Dunia, Manfaat Rawat Inap, Manfaat Rawat Jalan, dan Manfaat Khusus, yang mencakup biaya perawatan seperti fisioterapi, cuci darah, dan perawatan kanker.
2 Pilihan Plan: kamu dapat memilih antara Simple Plan dan Full Cover, tergantung pada kebutuhan perusahaan dan karyawan.
Apakah bisa cuci darah dengan BPJS? (sebutkan prosedurnya)
Ya cuci darah bisa dengan BPJS, dan berikut ini adalah prosedurnya.
Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal, yang juga dikenal sebagai cangkok ginjal, adalah sebuah tindakan bedah yang bertujuan untuk menggantikan fungsi organ ginjal yang rusak pada pasien yang menderita gagal ginjal stadium akhir.
Organ ginjal yang digunakan dalam transplantasi ini biasanya berasal dari seorang pendonor, yang dapat berupa pendonor yang masih hidup (living-donor kidney transplant) atau pendonor yang sudah meninggal (deceased-donor kidney transplant).
Tindakan transplantasi ginjal ini dianggap sebagai langkah terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Menurut BPJS Kesehatan, biaya yang ditanggung untuk transplantasi ginjal mencapai sekitar Rp378 juta. Biaya ini mencakup pemeriksaan, observasi, obat-obatan, hingga proses penyembuhan pasca-operasi.
Cuci Darah atau Hemodialisis
Cuci darah, yang juga dikenal sebagai hemodialisis, adalah prosedur medis yang bertujuan untuk menggantikan fungsi ginjal yang sudah tidak berfungsi dengan baik akibat kerusakan organ tersebut. Tindakan ini membantu dalam mengontrol tekanan darah serta menjaga keseimbangan kadar mineral dalam darah, seperti kalium, natrium, dan kalsium.
Proses cuci darah diperlukan bagi individu yang menderita kerusakan ginjal parah, di mana ginjal tidak lagi mampu menjalankan fungsi-fungsinya secara optimal. Prosedur cuci darah dapat bervariasi untuk setiap pasien, tergantung pada diagnosis, usia, dan jenis kelamin.
Ada yang menjalani cuci darah dua kali seminggu atau bahkan tiga kali seminggu, sesuai dengan rekomendasi dokter. BPJS Kesehatan memberikan jaminan biaya sebesar Rp92 juta per tahun untuk semua tindakan perawatan cuci darah, dengan asumsi bahwa prosedur ini dilakukan dua kali seminggu untuk setiap pasien.
Perawatan CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis)
CAPD, atau Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis, adalah salah satu metode perawatan bagi pasien yang menderita gagal ginjal. Metode ini melibatkan proses cuci darah yang dilakukan melalui rongga perut pasien.
Metode CAPD memanfaatkan selaput di dalam rongga perut (peritoneum), yang memiliki permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah sebagai filter alami yang memungkinkan zat-zat sisa untuk dilewatkan.
Dibandingkan dengan hemodialisis, CAPD dianggap lebih menguntungkan karena pasien dapat melakukan prosedur ini secara mandiri, bahkan setelah menerima pelatihan awal. Bahan cairan dan peralatan yang diperlukan juga akan disediakan oleh rumah sakit dan dikirimkan ke alamat pasien.
BPJS Kesehatan memberikan jaminan biaya hingga mencapai Rp76 juta per tahun per pasien untuk perawatan CAPD. Perlu diperhatikan bahwa perlindungan yang diberikan oleh BPJS Kesehatan hanya mencakup biaya pengobatan hingga pasien sembuh, dan tidak mencakup kebutuhan pribadi lainnya.
Cuci darah adalah salah satu layanan kesehatan yang disediakan oleh BPJS Kesehatan kepada pesertanya. Pelayanan cuci darah ini tersedia untuk semua peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang memiliki status kepesertaan aktif, sesuai dengan indikasi medis yang berlaku, serta mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.
Bagi peserta yang membutuhkan cuci darah, langkah pertama yang harus diambil adalah meminta surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Setelah itu, proses hemodialisis dapat segera dilakukan. Beberapa waktu lalu, muncul berita mengenai kebijakan baru dari BPJS Kesehatan yang disebut-sebut akan menghapus jaminan untuk proses cuci darah.
Hal ini dikarenakan biaya cuci darah yang cukup mahal, di mana diperlukan kontribusi dari sekitar 40 peserta JKN-KIS kelas III yang sehat untuk membayar satu kali proses cuci darah bagi pasien JKN-KIS. Namun, penting untuk dicatat bahwa berita tersebut ternyata tidak benar.
Hanya saja, ada perubahan dalam peraturan yang berlaku. Perubahan aturan tersebut berkaitan dengan surat rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL), yang kini hanya berlaku satu kali untuk diagnosis dan tujuan rujukan yang sama.
Kontrol ulang dapat dilakukan, namun dengan batas waktu maksimal tiga bulan sejak tanggal rujukan awal dikeluarkan. Pembaruan rujukan setiap 3 bulan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup peserta, dengan memastikan adanya pengawasan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sebagai koordinator perawatan. Oleh karena itu, BPJS Kesehatan tetap memberikan jaminan agar peserta JKN-KIS dapat menerima pelayanan cuci darah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Efek cuci darah bagi pasien
Cuci darah hemodialisis merupakan salah satu prosedur medis yang hanya dapat dilakukan di lingkungan rumah sakit. Proses hemodialisis ini, secara umum dilakukan hingga tiga kali dalam seminggu.
Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin dialami oleh seseorang selama menjalani hemodialisis:
Perubahan Tekanan Darah: Salah satu efek samping yang umum terjadi pada hemodialisis adalah penurunan tekanan darah. Hal ini terutama berlaku untuk pasien yang juga mengidap diabetes. Gejala lain yang mungkin timbul akibat penurunan tekanan darah termasuk sesak napas, kram perut, kram otot, serta mual atau muntah. Sebaliknya, tekanan darah juga dapat meningkat secara signifikan, terutama pada pasien dengan riwayat penyakit ginjal yang disertai hipertensi yang masih mengonsumsi garam atau cairan dalam jumlah berlebihan.
Mual dan Muntah: Mual dan muntah adalah gejala umum yang dapat terjadi pada pasien gagal ginjal. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi uremia, yaitu penumpukan racun dalam darah akibat gagal ginjal. Selain itu, penurunan tekanan darah selama proses cuci darah juga dapat menyebabkan mual dan muntah.
Anemia: Anemia, yang merupakan kondisi kekurangan sel darah merah, adalah salah satu efek samping yang umum terjadi pada pasien gagal ginjal, baik sebelum atau setelah menjalani cuci darah.
Iritasi Kulit: Hemodialisis dapat menyebabkan penumpukan fosfor dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kulit menjadi gatal. Untuk mengatasi gejala kulit gatal ini, pasien mungkin perlu mengikuti pola makan tertentu dan mengonsumsi pengikat fosfat sesuai anjuran dokter.
Kram Otot: Meskipun penyebabnya tidak selalu jelas, kram otot dapat terjadi selama atau setelah sesi hemodialisis. Pemberian kompres hangat di area yang terkena kram otot dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah dan meredakan kram otot. Jika kram otot disebabkan oleh ketidakseimbangan mineral, dokter dapat memberikan pengobatan sesuai.
Cuci darah dengan metode dialisis peritoneal, yang dapat dilakukan di rumah dengan panduan dokter, juga memiliki efek samping tertentu, termasuk:
Peritonitis: Peritonitis adalah komplikasi umum akibat dialisis peritoneal. Ini disebabkan oleh infeksi yang terjadi ketika alat dialisis yang digunakan tidak steril, sehingga bakteri dapat masuk ke dalam rongga perut. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa peralatan dialisis steril sebelum digunakan.
Kenaikan Berat Badan: Cairan yang digunakan dalam dialisis peritoneal mengandung gula yang bisa diserap oleh tubuh, yang dapat menyebabkan peningkatan berat badan.
Hernia: Orang yang menjalani dialisis peritoneal memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hernia karena adanya cairan yang bertahan dalam rongga perut dalam jangka waktu yang lama, yang dapat melemahkan otot perut dan memicu hernia.
Penting untuk diingat bahwa efek samping ini dapat bervariasi dari individu ke individu. Meskipun demikian, cuci darah merupakan tindakan penting bagi pasien gagal ginjal untuk membantu menggantikan fungsi ginjal yang telah rusak sehingga tubuh dapat menjalankan fungsi normalnya.
Jika efek samping menjadi parah atau cuci darah dinilai tidak lagi efektif, transplantasi ginjal mungkin menjadi pilihan yang disarankan. Dalam mengatasi efek samping, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter dan mengikuti anjuran medis yang diberikan. Oleh karena itu, penting juga untuk menjalani pemeriksaan rutin dengan dokter spesialis ginjal demi menjaga kesehatan tubuh selama menjalani cuci darah.
Cuci darah adalah prosedur yang vital dan bisa menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Vitalnya prosedur ini membuat orang yang membutuhkannya perlu mengetahui biaya cuci darah agar dapat menyiapkan diri saat ingin mendapatkan prosedur ini di rumah sakit. Semoga informasi di atas dapat membantu.