Tak heran jika saat ini saham menjadi salah satu instrumen investasi yang populer di tengah masyarakat. Sebab, cara kerjanya yang mudah dilakukan hingga menjadi investor saham bisa meraup keuntungan yang lumayan besar. Apalagi, investasi saham ini bisa menambah aset finansial untuk masa depan.
Jika kamu baru saja ingin mencoba investasi, tapi masih belum tahu jenis investasi apa yang akan dipilih. Saham ini bisa menjadi rekomendasi instrumen investasi yang bisa dipilih.
Sama halnya mencoba hal baru, tentunya kamu juga harus mengetahui dan memahami berbagai hal mengenai saham. Selain memilih perusahaan dengan tepat, kamu juga harus bisa menganalisa nilai intrinsik dari perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, jika kamu menjadi seorang investor pemula, perlu mengetahui pengertian dari nilai intrinsik pada perusahaan hingga cara mengetahuinya nilainya, seperti halnya penjelasan lengkap dari Qoala di bawah ini. Dengan begitu, kamu bisa sukses berinvestasi saham.
Apa Itu Nilai Intrinsik Saham?
Sebelum bahas lebih jauh, kamu harus paham pengertian nilai intrinsik terlebih dahulu. Nilai intrinsik adalah nilai yang terdapat pada suatu hal itu sendiri.
Misalnya, kamu memiliki tas. Dari tas tersebut memiliki nilai dari bahan baku yang digunakan, perusahaan produksi dan sebagainya. Semakin tinggi bahan baku dan perusahaannya semakin bagus, maka bisa dipastikan tas tersebut memiliki nilai yang tinggi.
Sedangkan, nilai intrinsik saham adalah nilai yang sesungguhnya dari suatu saham. Namun, nilai ini berbeda dari nilai atau harga saham atau nilai buku. Jadi, nilai intrinsik saham ini dilihat berdasarkan aspek yang mempengaruhi bagus tidaknya suatu perusahaan. Mulai dari aset yang terlihat dan tidak, prospek kemajuan, nama perusahaan dan sebagainya.
Setiap investor saham atau pemegang saham wajib menilai intrinsik perusahaan karena, nilai intrinsik menjadi penentu harga dari saham yang akan dipilih sedang diskon atau tidak. Dengan harga saham yang diskon, plus perusahaan yang tepat, maka investor bisa mendapatkan hasil yang maksimal di kemudian hari.
Dengan begitu, investor bisa menentukan keputusan, saham tersebut dibeli atau tidak, dipertahankan atau dijual. Misal, harga sebuah saham AABB Rp2.500 per saham, sedangkan harga sebenarnya, yaitu Rp1.000. Dalam artian, harga saham AABB ini mahal.
Sementara, saham ABCD yang dijual dengan harga Rp4.500 dan setelah dihitung nilai intrinsiknya Rp9.000, maka saham ABCD ini sedang diskon karena harganya setengah dari nilai sebenarnya. Jadi, dari kedua contoh harga saham tersebut, investor dapat membeli saham ABCD.
Pedoman Nilai Intrinsik untuk Menentukan Jual Beli Saham
Sebagai informasi, nilai intrinsik menunjukan present value arus kas yang diterima dari sebuah saham. Terdapat tiga pedoman mudah yang bisa digunakan dalam menentukan saham tersebut jual, beli atau dipertahankan, seperti:
- Apabila nilai intrinsik lebih besar dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah) disarankan untuk membeli saham tersebut atau ditahan bila saham tersebut telah dimiliki.
- Apabila nilai intrinsik kurang dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal) tidak dianjurkan untuk memiliki saham tersebut atau bila telah memiliki saham tersebut sebaiknya dilepas.
- Apabila nilai intrinsik sama dengan harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
Cara Menghitung Nilai Intrinsik Saham
Ada beberapa langkah-langkah yang perlu kamu lakukan untuk menemukan nilai intrinsik saham dengan cara menghitung nilai intrinsik saham itu sendiri, antara lain:
1. EPS Growth
EPS (Earning Per Share) Growth merupakan salah satu metode untuk menghitung nilai intrinsik dengan menentukan dahulu pertumbuhan laba perusahaan selama 5-10 tahun terakhir. Cara menghitung pertumbuhan laba perusahaan bisa menggunakan rumus Compound Annual Growth Rate (CAGR).
Konsep utama dari CAGR adalah bagaimana kamu dapat melihat tingkat pertumbuhan rata-rata dari penurunan dan kenaikan suatu nilai dalam periode waktu tertentu yang biasanya lebih dari setahun.
Rumus: CAGR (V Final/V Begin) 1/t – 1
Rumus di atas merupakan cara menghitung pertumbuhan laba perusahaan rata-rata. Vfinal atau final value adalah nilai akhir dari besaran laba perusahaan sedangkan, Vbegin atau beginning value adalah nilai awal besaran laba perusahaan, dan t atau time in years merupakan jumlah tahun dalam periode perhitungannya.
Rumus ini tidak menggambarkan pertumbuhan rata-rata tahunan perusahaan karena memiliki kekurangan yaitu hanya menghitung laba di periode awal dan akhir saja. Sehingga apa yang terjadi di antara kedua periode tidak dapat mengubah hasil perhitungan.
Maka dari itu apabila hendak menghitung menggunakan CAGR kamu harus berhati-hati karena bisa saja laba emiten yang kamu hitung sangat rendah di tahun awal dan melonjak di akhir perhitungannya. Setelah mendapat laju pertumbuhan laba, masuk pada proyeksi EPS untuk menghitung nilai intrinsik saham.
Contoh:
Daftar laba suatu perusahaan selama beberapa tahun terakhir:
Tahun | Laba Jutaan Rupiah |
2009 | 61.153 |
2010 | 107.123 |
2011 | 128.358 |
2012 | 352.246 |
2013 | 325.246 |
2014 | 291.418 |
2015 | 519.067 |
2016 | 702.358 |
2017 | 708.192 |
2018 | 697.784 |
Jadi, CAGR perusahaan di atas adalah:
CAGR = (697.784/61.153)1/9 -1
CAGR = 0,31 = 31%
Catatan: Gunakan nilai CAGR ini jika nilai korelasinya >0,6 dan jika lebih dari 15% maka menggunakan nilai maksimal 20%
2. EPS (Pertumbuhan laba per saham 5 – 10 tahun kedepan)
Rumusnya:
EPS 2019 = EPS 2018 + (EPS 2018 x CAGR)
EPS 2019 = 60,4 + (60,4 x 20%)
EPS 2019 = 72,48
Maka nilai EPS lima tahun kedepan pada tabel berikut:
Tahun | EPS | CAGR | Proyeksi EPS |
2019 | 60.40 | 20% | 72.48 |
2020 | 72.48 | 20% | 86.98 |
2021 | 86.98 | 20% | 104.37 |
2022 | 104.37 | 20% | 125.25 |
2023 | 125.25 | 20% | 150.29 |
Total EPS | 539.37 |
3. Diskon EPS
Selanjutnya kamu bisa memberikan diskon dengan mempertimbangan nilai inflasi terkini serta faktor lainnya. Misalnya menggunakan 6,8%. Jadi, diskon EPS, adalah:
Discounted EPS = TOTAL EPS / (1+Rate)
Discounted EPS 2023 = 539,37/ (1+6,8%)
Discounted EPS 2023 = 505,03
Jadi, diskon EPS pada tabel berikut:
Tahun | EPS Proyeksi | Diskon | Diskon EPS |
2023 | 539.37 | 6,8% | 505.03 |
2022 | 505.03 | 6,8% | 472.87 |
2021 | 472.87 | 6,8% | 442.76 |
2020 | 442.76 | 6,8% | 414.57 |
2019 | 414.57 | 6,8% | 388.18 |
4. Hitung Nilai Intrinsik Saham
Jumlahkan total EPS tahun pertama setelah didiskon dengan nilai buku per saham (BVPS) sebesar 403.5 yaitu:
Nilai Intrinsik = Discounted EPS + BVPS
Nilai Intrinsik = 388,18 + 403,5
Nilai Intrinsik = 791,68
Maka nilai intrinsik dari perusahaan tersebut adalah Rp791.68 per saham
Cara Menghitung Nilai Intrinsik Saham Warren Buffett
Untuk perhitungan nilai intrinsik ala Warren Buffet dapat dilakukan dengan cara berikut ini. Sebagai contoh, berikut adalah data dari laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan.
Jumlah saham TLKM adalah 99 miliar lembar saham
Nilai ekuitas TLKM adalah Rp101,72 triliun, sehingga setiap lembar saham TLKM mewakili ekuitas sebesar Rp1.027
Laba bersih per saham (EPS) TLKM untuk tahun 2020 tercatat Rp224
Kita ambil dari laporan keuangan tahunan 2020 (kita pakai laporan keuangan untuk tahun penuh, bukan yang kuartalan).
Jika kita asumsikan bahwa TLKM masih akan beroperasi hingga 20 tahun mendatang, dan bahwa selama 20 tersebut perusahaan berhasil mencetak EPS Rp224 per tahunnya, maka akumulasi dari EPS tersebut selama sepuluh tahun adalah Rp4.480. Ditambah ekuitas sebesar Rp1.027 tadi, maka kita memperoleh angka Rp5.507. Angka Rp5.507 per saham inilah, yang kemudian menjadi nilai intrinsik awal bagi saham TLKM.
Namun, perhitungannya belum selesai. Kamu harus pikirkan kembali soal apakah selama 20 tahun tersebut EPS TLKM akan tetap Rp224 per tahunnya? Tentu tidak. Melainkan kemungkinan bakal naik terus setiap tahunnya.
Mari kita coba untuk menggunakan angka konservatif saja, yaitu bahwa setiap tahunnya laba bersih TLKM akan naik 20%. Itu berarti EPS TLKM pada tahun 2021 akan menjadi Rp269, pada tahun 2022 menjadi Rp 323, dan demikian seterusnya hingga di tahun 2041 (selama 20 tahun) TLKM akan mencetak EPS Rp11.225. Maka, jumlah akumulasi EPS selama 20 tahun tersebut, yaitu antara tahun 2021 – 2041, akan mencapai Rp65.887.
Sebagai catatan, EPS untuk tahun 2020 yang sebesar Rp 224 tidak ikut dihitung, karena EPS tersebut sudah termasuk dalam ekuitas perusahaan di tahun yang sama (dalam bentuk saldo laba).
Perlu diingat kembali bahwa dalam menghitung nilai intrinsik, yang dihitung adalah akumulasi dari laba bersih yang akan perusahaan kumpulkan kedepannya, jadi tidak termasuk laba bersih yang sudah diperoleh di tahun 2020.
Sekarang, ingat bahwa uang sebesar Rp5.000 pada sepuluh tahun yang lalu, nilainya berbeda dengan Rp5.000 pada saat ini. Dan pada dua puluh tahun kedepan, sangat mungkin bahwa uang Rp5,000 tersebut akan semakin tidak bernilai lagi.
Dalam artian, ketika kita mengatakan bahwa akumulasi laba bersih TLKM adalah 65.887 pada tahun 2041, dan mengingat bahwa nilai dari uang sebesar Rp 65 ribu di dua puluh tahun yang akan datang tentunya akan berbeda dengan Rp65 ribu pada saat ini, maka angkanya kemudian harus disesuaikan. Lantas, bagaimana caranya?
Dengan membaginya dengan angka bunga pertahun yang ditawarkan oleh instrumen invest yang paling aman, dalam hal ini menurut Buffett bunga dari obligasi yang diterbitkan Pemerintah.
Kalau di Indonesia sendiri, ada beberapa jenis obligasi Pemerintah seperti itu, seperti SUN, ORI, hingga sukuk. Katakanlah kita ambil suku bunga sukuk, yang angkanya 6,25% per tahun.
Maka, uang sebesar Rp65.887 di tahun 2041 adalah setara dengan Rp57.909 di tahun 2040, dan setara dengan Rp54.290 di tahun 2039, dan demikian seterusnya hingga menjadi Rp15,298, di tahun 2020. Ditambah dengan posisi ekuitas terakhir perusahaan, yaitu Rp1.027, maka totalnya menjadi Rp16.955.
Maka bisa disimpulkan bahwa nilai intrinsik saham TLKM pada saat ini adalah kurang lebih Rp16.955, masih jauh lebih tinggi ketimbang harga sahamnya, yang cuma Rp3.330. Kesimpulannya, saham TLKM masih murah! Karena Margin Of Safety (MOS) TLKM mencapai 510% (16.995 berbanding 3.330). Buffett sendiri menganggap bahwa MOS yang cukup safe alias aman untuk sebuah saham adalah minimal 25%.
Namun angka angka 16.995 tadi bisa keluar sebagai nilai intrinsik untuk TLKM, kalau kita mengasumsikan bahwa TLKM ini cukup tangguh untuk secara stabil terus beroperasi hingga setidaknya 20 tahun kedepan.
Jika kamu ingin menjadi investor yang sukses dengan membuahkan saham yang maksimal, maka konsekuensinya adalah memahami secara detail mengenai saham termasuk dalam mengetahui nilai intrinsik saham. Selain menghitung secara manual seperti diatas, kamu bisa menggunakan cara sederhana dari Warren Buffet dalam menentukan jual-beli saham, seperti berikut ini:
1. Pilih saham dengan fundamental bagus
Sebelum menghitung nilai intrinsik sebuah saham, kita harus memilih dulu sahamnya. Pastikan bahwa pilih saham yang secara historis memiliki kinerja yang bagus, stabil, dan senantiasa bertumbuh dalam jangka panjang. Indikator yang paling mudah bisa dilihat dari ekuitas dan laba bersihnya, apakah besar, dan naik terus atau tidak.
Contoh perusahaan yang kinerjanya bagus dan stabil dalam jangka panjang seperti Unilever Indonesia (UNVR), Charoen Pokphand (CPIN), atau Telkom Indonesia (TLKM)
Kinerja perusahaan yang stabil dalam jangka panjang ini sangat penting untuk diperhatikan. Salah satu elemen dari menghitung nilai intrinsik ala Warren Buffett adalah dengan memperkirakan berapa kira-kira pertumbuhan ekuitas dan laba bersih perusahaan kedepannya. Di mana perusahaan dengan track record kinerja yang bagus tentunya akan lebih berpeluang untuk mencatat kinerja yang sama bagusnya di masa yang akan datang.
Memang tidak ada jaminan bahwa perusahaan dengan kinerja yang stabil akan tetap mencatat kinerja yang stabil kedepannya, sama halnya dengan perusahaan yang baru berdiri atau punya kinerja yang kurang bagus di masa lalu bisa saja menjadi perusahaan yang bagus suatu hari nanti. Namun, sebuah perusahaan dengan track record kinerja yang bagus tentunya bisa lebih dipercaya ketimbang perusahaan yang sebelumnya rugi melulu.
Analoginya jika sebuah perusahaan membutuhkan seorang karyawan untuk posisi manager atau direktur, maka mungkinkah perusahaan tersebut merekrut karyawan fresh graduate yang belum berpengalaman, atau karyawan berpengalaman namun punya catatan buruk, katakanlah pernah tersangkut masalah hukum? Kamu tahu jawabannya.
2. Pahami usaha atau bisnis emiten tersebut
Selain punya kinerja yang stabil di masa lalu, kamu juga harus mengerti benar tentang perusahaan serta jenis usaha/bisnis. Dalam hal ini kamu harus mempelajari tentang perusahaannya dulu sebelum kemudian baru masuk ke langkah berikutnya.
Analoginya balik lagi ke perusahaan yang merekrut pegawai tadi: apakah sebuah perusahaan akan langsung mempekerjakan seorang karyawan hanya karena CV-nya bagus? Jelas tidak. Minimal ia harus melalui proses wawancara dengan pemilik perusahaan, atau pegawai yang posisinya lebih tinggi, atau HRD, dan jika cocok barulah ia akan diterima bekerja.
3. Perhatikan Book Value-nya
Menurut Buffett, yang disebut dengan nilai intrinsik adalah jumlah uang cash yang bisa ditarik dari perusahaan selama perusahaan tersebut masih beroperasi.
Yang disebut dengan “uang cash” tersebut adalah angka ekuitas terakhir perusahaan (atau disebut juga nilai buku/book value), plus akumulasi dari laba bersih yang akan perusahaan peroleh/kumpulkan kedepannya, yaitu selama perusahaan tersebut terus beroperasi.
Nilai Intrinsik Uang
Nilai intrinsik uang merupakan nilai-nilai yang terdapat dalam uang itu sendiri, mulai dari nominal hingga bahan baku pembuatan. Nilai ini tentunya beda pada masing-masing uang yang berlaku, baik yang ada dalam satu negara maupun negara lain.
Contohnya uang dua puluh ribu rupiah, maka nilai intrinsiknya adalah nominal Rp20.000 yang ditulis, bahan baku kertas khusus yang membuatnya pun seharga nilai tersebut. Atau pada uang logam seratus rupiah, maka nilai intrinsiknya adalah nominal Rp100 dan bahan baku logam uang tersebut juga sama nilainya. Hal ini juga berlaku untuk nilai intrinsik mata uang di negara lain.
Dalam konteks saham nilai intrinsik adalah nilai yang sesungguhnya dari suatu saham yang berbeda nilai buku (book value, atau ekuitas). Nilai intrinsik memperhitungkan aset yang terlihat (ekuitas saham) dan yang tidak terlihat (prospek, nama besar perusahaan dll).
Sebab aset yang tidak terlihat ini sulit untuk dikalkulasi maka dua orang investor kemungkinan akan menjawab berbeda jika ditanya berapa nilai intrinsik dari satu saham tergantung dari sisi mana mereka menghitung nilai intrinsik tersebut. Dengan demikian nilai intrinsik adalah suatu ukuran yang subjektif dalam dunia saham.
Pertanyaan Umum Seputar Cara Menghitung Nilai Intrinsik Saham
Berikut ini ada beberapa pertanyaan umum terkait cara menghitung nilai intrinsik saham mulai dari pengertian hingga pentingnya nilai intrinsik saham itu sendiri.
1. Apa itu nilai intrinsik dan harga pasar saham?
Secara sederhana, nilai intrinsik adalah nilai yang ada di dalam sesuatu yang dapat berdiri sendiri. Sedangkan, harga pasar saham adalah harga yang ditetapkan oleh suatu perusahaan atau emiten terhadap surat kepemilikan saham di perusahaan mereka. Harga saham adalah hal yang berpengaruh terhadap IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan.
2. Mengapa investor perlu mengetahui nilai intrinsik saham?
Setiap investor saham wajib menilai intrinsik perusahaan karena, nilai intrinsik menjadi penentu harga dari saham yang akan dipilih sedang diskon atau tidak. Dengan harga saham yang diskon, plus perusahaan yang tepat, maka investor bisa mendapatkan hasil yang maksimal di kemudian hari.
Dengan begitu, investor bisa menentukan keputusan, saham tersebut dibeli atau tidak, dipertahankan atau dijual. Misal, harga sebuah saham AABB Rp2.500 per saham, sedangkan harga sebenarnya, yaitu Rp1.000. Artinya, harga saham AABB ini mahal.
Sementara, saham ABCD yang dijual dengan harga Rp4.500 dan setelah dihitung nilai intrinsiknya Rp9.000, maka saham ABCD ini sedang diskon karena harganya setengah dari nilai sebenarnya. Jadi, dari kedua contoh harga saham tersebut, investor dapat membeli saham ABCD.
Itu dia cara mudah mengetahui nilai intrinsik saham dengan cara menghitung. Hal tersebut sangat berguna dan penting bagi kamu yang masih sebagai investor pemula. Tak hanya itu, sebagai pemula, kamu juga harus melakukan investasi jangka panjang untuk masa depan. Salah satunya dengan cara membeli asuransi. Ada banyak pilihan asuransi yang bisa kamu beli. Kamu bisa memilihnya di Qoala Apps atau Blog Qoala.