Saat ini berinvestasi menjadi salah satu bagian gaya hidup masyarakat perkotaan. Terdapat berbagai instrumen investasi yang populer mulai dari emas, deposito, dan saham. Saham menjadi salah satu pilihan investasi yang populer. Ketika mendengar pertanyaan, “apa itu saham?”, orang langsung terbayang dengan mainannya orang berduit.

Padahal siapa pun bisa berinvestasi di saham asalkan tahu sistem dan cara kerjanya. Investasi saham juga memberikan keuntungan berlipat-lipat dan sebaliknya kerugian yang besar. Jadi pahami dulu pengertian saham beserta jenis-jenis sehingga kamu bisa tahu, jenis investasi saham apa yang cocok dengan kamu. Yuk, bahas bareng Qoala!

1. Pengertian Saham

Apa itu saham? Saham merupakan surat yang menjadi bukti seseorang memiliki bagian modal suatu perseroan. Pengertian saham menurut para ahli bisa berbeda-beda tergantung latar akademis maupun profesinya. Seseorang yang memiliki saham berhak atas sebagian aset perusahan. Misalnya, bila perusahaan menerbitkan 10000 lembar saham dan seseorang memiliki 2000 lembar saham di perusahaan itu, berarti orang itu memiliki 20% kepemilikan aset di perusahaan itu. Pemegang saham mayoritas tentunya memiliki hak kendali atas suatu perusahaan.

Selain itu, pemilik saham berhak mendapatkan dividen sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya sesuai keuntungan dari perusahaan itu. Penerbitan saham menjadi salah satu upaya perusahaan guna mendapatkan modal atau dana segar untuk pengembangan bisnis secara jangka panjang.

Bila kamu ingin berinvestasi tentunya harus familiar dengan jenis-jenis saham, cara membeli saham, dan bagaimana mendapatkan keuntungan saham. Kamu harus tahu bahwa harga saham adalah harga yang ditetapkan perusahaan bagi pihak lain yang ingin memiliki hak kepemilikan saham. Nilai harga saham selalu berubah-ubah setiap waktu dan dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran yang terjadi antara penjual dan pembeli saham. Keuntungan dari investasi saham adalah ketika selisih nilai jual saham lebih besar dibanding nilai belinya.

2. Saham Blue Chip

Ilustrasi 3D papan investasi saham blue chips di pasar modal yang menjelaskan apa itu saham blue chip.
Sumber foto: iQoncept via Shutterstock

Apa itu saham blue chip? Buat pemula yang baru belajar investasi saham tentunya akan bertemu dengan berbagai istilah baru, mulai dari jenis-jenis saham sampai ketika hendak membeli saham. Salah satunya saham blue chip. Saham blue chip merupakan saham papan atas alias unggulan. Saham kategori ini memiliki angka kapitalisasi pasar besar yakni di atas Rp 40 triliun dan tentunya bukan perusahaan abal-abal.

Perusahaan berkategori blue chip ini tentu memiliki etos dan kinerja yang baik dan diisi jajaran profesional yang mumpuni di bidangnya masing-masing. Besarnya kebutuhan masyarakat pada perusahaan ini membuat saham blue chip memiliki keuntungan besar dan secara rutin dibagikan kepada investor. Tak heran bila saham jenis blue chip ini layak dijadikan investasi jangka panjang karena menawarkan keuntungan yang terus menerus dan perusahaan menjalankan bisnisnya dengan performa tinggi.

Berikut berbagai contoh saham blue chip BEI Terbaik Tahun 2020

  1. PT. Bank Central Asia Tbk. (BBCA)
  2. PT. Astra International Tbk. (ASII)
  3. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI)
  4. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS)
  5. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR)
  6. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
  7. PT. Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
  8. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. (PTBA)
  9. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF)
  10. PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI)

Jadi sudah tahu kan apa itu saham blue chip?

3. Saham Gorengan

Gambar gorengan di gerobak menggambarkan apa itu investasi saham gorengan.
Sumber foto: Andang Riana via Shutterstock

Kudapan gorengan memiliki harga mudah dan rasanya bikin nagih, tetapi jika sering dikonsumsi bahaya kolesterol dapat menghantui kamu. Begitu pula dalam dunia investasi, terdapat istilah ‘saham gorengan’ alias saham yang tak boleh dipertahankan lebih lama. Saham jenis ini memang menggiurkan bagi orang yang baru belajar saham karena menawarkan iming-iming return yang besar, walau dana yang dikeluarkan cenderung kecil. Supaya tidak penasaran, berikut ciri-ciri saham yang patut kamu ketahui.

Harga Saham Tidak Stabil

Biasanya harga saham gorengan tak beraturan dan termasuk jenis saham yang patut dihindari oleh pemula. Misalnya hari ini kamu melihat saham sebuah perusahaan bertengger di angka Rp100 perak. Beberapa waktu kemudian nilainya naik jadi Rp200 atau Rp300-an. Namun, tiba-tiba saham ini kembali terperosok lagi ke Rp100 perak keesokan harinya.

Fundamental Perusahaan Tidak Jelas

Sewajarnya harga saham akan mengikuti perkembangan fundamental perusahaannya. Jika perusahaan mendapat keuntungan, tentu harga sahamnya naik. Tapi hal ini tidak berlaku pada saham gorengan karena pergerakan keuntungan kerap tidak sesuai dengan kinerja fundamental perusahaan. Sudah jadi rahasia bila bandar saham yang menggerakkan harga itu sehingga harga saham menjadi naik dan turun secara drastis sampai mencapai batas auto reject bursa.

Memiliki Kapitalisasi Pasar yang Kecil

Kapitalisasi pasar merupakan harga keseluruhan sebuah perusahaan atau harga yang harus dibayar seseorang bila ingin membeli 100% kepemilikan perusahaan. Saham gorengan biasanya memiliki kapitalisasi pasar yang tergolong kecil yakni di bawah Rp 1 Triliun. Bila nilai pasarnya kecil, bandar bisa dengan mudah memainkan harganya atau menguasai supply-nya, sehingga harga bisa naik dan turun secara drastis. Jadi jangan tergiur keuntungan saham secara drastis bila kamu belum expert melakukan trading.

Berasal dari Saham Lapis Tiga

Saham lapis tiga merupakan saham yang punya kapitalisasi di bawah Rp 500 miliar. Harga saham per lembarnya punya harga yang relatif murah, dari Rp 50 hingga Rp 100 perak per lembar. Hal ini membuat para investor berlomba-lomba memborong saham itu dengan harga yang tinggi guna mendapatkan return yang besar. Sedangkan kalau produk itu tidak laris, maka produsen atau distributor membanting harga biar cepat laku.

Bila sudah tahu apa itu saham gorengan beserta resikonya, lebih baik kamu berpikir dua kali sebelum membelinya.

4. Saham Repurchase Agreement (Repo)

Kepingan kotak kecil alfabet huruf REPO menggambarkan Saham Repurchase Agreement (Repo).
Sumber foto: AVM Images via Shutterstock

Investasi saham lain yang bisa dilakukan oleh investor adalah Repurchase Agreement alias Repo. Repo merupakan perjanjian pinjaman dana dengan jaminan saham atau surat utang. Bila peminjam gagal membayar saat jatuh tempo, maka pendana berhak menyita saham yang diagunkan oleh peminjam.

Keuntungan Repo berupa bunga yang tetap. Misalnya Repo saham A mempunyai bunga 12%, maka investor akan mendapatkan bunga perbulan sebesar 1% dan pada bulan terakhir Repo berakhir pokok akan dikembalikan semua.

Resiko Berinvestasi Repo

Berinvestasi dengan model Repo tentu juga memiliki resiko. Contohnya Repo jatuh tempo dan perusahaan yang meminjam uang tak mampu mengembalikan pinjaman. Selanjutnya investor berupaya menjual saham dan ternyata harga saham turun drastis. Hasil penjualan malah di bawah nilai investasi awal para investor.

Itulah alasan mengapa pinjaman dengan agunan saham hanya mencapai 50% dari nilai saham yang diagunkan. Bila sewaktu-waktu nilai saham turun drastis, investor memiliki cadangan sebesar 50% dari nilai saham yang diagunkan. Namun pada kasus tertentu, banyak saham yang nilainya bisa turun bahkan lebih rendah dari 50%.

Keunggulan investasi Repo adalah bunga Imbalan kompetitif dan kupon/imbalan tetap ( fix income).

Cara berinvestasi Repo

Berinvestasi model Repo memiliki kiat-kiat yang harus diperhatikan guna terhindar dari kerugian yang diakibatkan oleh keteledoran. Berikut cara membeli saham Repo yang patut kamu perhatikan.

  • Pertama, pilih perusahaan sekuritas dan agen–agen yang memiliki divisi fixed income guna menangani pembelian dan penjualan Repo.
  • Pahami produk yang akan beli dan pilih perusahaan terpercaya dan bersih track recordnya.
  • Pertimbangakan skema pembayaran bunga dan besaran bunga dibanding instrument lainnya.
  • Selesaikan Pembayaran.
  • Kamu harus rajin mengecek obligasi yang kamu beli akan tercantum dalam rekening perusahaan sekuritas yang tercatat di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia).

5. Saham Waran

Kata tulisan tangan untuk mewakili arti kata keuangan. Waran adalah bagian dari manajemen investasi & kekayaan.
Sumber foto: Vintage Tone via Shutterstock

Apa itu saham Waran? Waran merupakan salah satu instrumen investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tergolong ke dalam instrumen derivatif karena merupakan produk turunan dari saham. Sebenarnya waran merupakan hak yang diberikan pemegang saham untuk membeli sejumlah “saham biasa” pada satu level harga eksekusinya, di “masa depan”.

Investor yang membeli waran bisa mendapat hak menebus saham dari perusahaan itu dengan harga yang mungkin jauh lebih murah. Ketika berhasil ditebus dengan harga murah, investor akan mendapat keuntungan yang berlipat-lipat.  Untuk pemula yang baru belajar saham, harus mengetahui  yang satu karakteristik investasi saham satu ini.

Sebagai pemanis

Salah satu tujuan perusahaan merilis waran adalah supaya investor tertarik memburu saham perusahaan itu. Pasalnya harga waran lebih rendah ketimbang harga saham. Misalnya harga saham PT A adalah Rp 200 perak per lembar di tahun 2020. Mereka menerbitkan waran yang nilainya Rp 20 per lembar, sementara itu harga eksekusinya adalah Rp 250.

Bila di tahun 2020 harga saham PT A naik menjadi Rp 500 perak per lembar, maka pemegang waran perusahaan ini bisa menebusnya di angka Rp 270 per lembar. Mengapa Rp 270 per lembar? Karena harga eksekusi waran itu adalah Rp 250 dan harga warannya Rp 20. Rp 250 + Rp 20 = Rp 270.

Waran bukan aset keuangan riil

Sebagai produk derivatif, waran memiliki resiko yang sangat tinggi dan fluktuasi nilai harganya bak roller coaster. Selain itu waran bukan aset keuangan yang sifatnya riil seperti saham dan produk ini hanyalah “hak untuk membeli saham”. Bila kamu membeli saham, itu sama artinya dengan memiliki perusahaan itu meski hanya punya 1 lot atau 100 lembar saja. Tapi prinsip ini tidak berlaku di waran.

Waran ada umurnya

Salah satu faktor turun-baiknya waran adalah faktor umur. Pertimbangan ini membuat trader berpikir untuk segera menjualnya. Semakin dekat dengan jatuh tempo, harga waran berpotensi menjadi nol dan bila tidak kunjung ditebus, maka waran itu tentu bakal hangus. Bila ingin trading waran, kamu harus fokus dengan kenaikan harganya setiap saat. Jangan sampai telat jual karena bila harganya turun bisa turun makin dalam.

Waran punya capital gain

Keuntungan lain dari waran adalah capital gain, selain mendapat hak untuk menebus saham di harga tertentu. Harga waran memang naik turun karena ditransaksikan di pasar reguler seperti halnya saham. Kamu bisa memanfaatkan momentum volatilitas harga waran guna melakukan profit taking.

Perdagangan waran tidak kenal auto-reject

Saat pergerakan harga saham dinilai tidak wajar, maka akan terjadi proses auto-reject. Begitu pula jika turun drastis. Batas auto reject dari saham adalah saat saham itu naik atau turun sebesar 35 persen. Tapi hal ini tidak berlaku ke waran yang bisa saja naik atau turun hingga mencapai ratusan atau ribuan persen!

Misalnya pada 2019, Waran Seri I PT Bliss Properti Indonesia Tbk (POSA-W), sempat anjlok 96 persen saat dibuka di harga Rp 490 dan ditutup di harga Rp 19, pada sesi perdagangan pertama. Namun pada  perdagangan sesi II, harganya langsung bullish ke Rp 350 per lembar alias naik 1.700 persen, kurang dari satu jam saja! Bila kamu melakukan investasi Rp 1 juta dengan beli waran POSA-W saat itu, dalam hitungan jam uangmu jadi Rp 17 juta!

6. Saham Syariah

Fokus selektif pada papan tombol atau keyboard dengan tombol merah bertuliskan hukum syariah mewakili investasi saham sesuai agama Islam.
Sumber foto: Faizal Ramli via Shutterstock

Apa itu saham syariah? Saham syariah merupakan efek berbentuk saham yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal. Terdapat dua jenis saham syariah yang diakui di pasar modal Indonesia:

  1. Saham yang memenuhi kriteria seleksi saham syariah berdasarkan peraturan OJK Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
  2. Saham yang dicatatkan sebagai saham syariah oleh emiten atau perusahan publik syariah berdasarkan peraturan OJK no. 17/POJK.04/2015.

Supaya lebih jelas kamu bisa melihat karakteristik saham syariah di bawah ini:

Emiten saham syariah tidak bertentangan dengan Ajaran Islam

Saham syariah berasal dari perusahaan yang bisnisnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Pahami juga bahwa tidak semua saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dikategorikan sebagai saham syariah. Sebuah saham tergolong sebagai saham syariah apabila sudah memenuhi kriteria atau melalui proses screening (penyaringan).

Biasanya keuangan pada saham-saham syariah, pendapatan yang berbasis bunga suatu perusahaan/ emiten syariah harus lebih kecil dan mengharuskan perusahaan memiliki utang berbasis bunga lebih kecil daripada asetnya. Sementara perusahaan saham-saham konvensional  cenderung lebih bebas dan tak ada aturan seperti saham syariah.

Sistem Bagi Hasil

Saham syariah tak menggantungkan keuntungan dari bunga atau riba, melainkan bagi hasil. Pemegang saham mempunyai risiko yang sama besar jika perusahaan mengalami kerugian, seperti halnya saat mendapatkan keuntungan.

Musyawarah Untung dan Rugi

Calon pemegang saham dan perusahaan harus bermusyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama tanpa paksaan. Inilah yang disebut dengan itikad saham sehingga perusahaan harus memaparkan dengan sejelas-sejelasnya informasi apa saja mengenai perusahaannya agar tidak ada kesalahpahaman di kemudian hari.

Calon pemegang saham juga berhak mempertanyakan segala hal yang dianggap perlu dan ingin diketahui dari emiten yang ia inginkan. Dengan demikian, informasi yang menyesatkan dapat dihindari.

7. Saham Preferen

Dokumen bertuliskan pesan dengan halaman tentang apa itu saham preferen, konsep perdagangan investasi.
Sumber foto: Vitalii Vodolazskyi via Shutterstock

Apa itu saham preferen? Jenis saham ini merupakan kelas modal saham yang membayar dividen pada tingkat tertentu dan memiliki keistimewaan dibanding saham biasa dalam hal pembayaran dividen dan likuidasi aset. Pemegangnya menerima dividen dan aset (jika perusahaan dilikuidasi) terlebih dahulu dibanding pemegang saham biasa.

Walau lebih diprioritaskan dibanding saham biasa, saham preferen lebih junior dibandingkan dengan utang dalam hal klaim atas aset ketika dilikuidasi. Selain itu, saham preferen tidak memiliki hak voting. Fitur lainnya dari investasi saham ini adalah konversi ke saham biasa dan kemampuan untuk ditebus sebelum jatuh tempo.

Saham preferen memiliki lima jenis saham yang patut kamu ketahui yakni:

Convertible preferred share

Jenis saham preferen pertama, ada  convertible preferred share yang memiliki fitur konversi menjadi saham biasa perusahaan. Sebab punyai opsi konversi, pemegang bisa memperoleh manfaat dari apresiasi harga saham biasa. Sekedar catatan, bila mengonversi saham preferen menjadi saham biasa, pengguna tak dapat mengkonversi kembali ke saham preferen.

Participating preferred share

Participating preferred share merupakan jenis saham preferen yang akan menerima dividen sebelum mereka dibayarkan kepada pemegang saham biasa, dan lebih disukai daripada saham biasa jika terjadi likuidasi. Pemegang saham juga akan menerima dividen tambahan jika jumlah dividen yang diterima oleh pemegang saham biasa melebihi jumlah per-saham yang ditentukan. Jenis saham ini biasa dikeluarkan oleh perusahaan baru yang membutuhkan masukan uang tunai. Tertarik dengan keuntungan saham ini?

Cumulative preferred share

Cumulative preferred memungkinkan pemiliknya mendapatkan dividen reguler, biasanya setiap tiga bulan. Bila perusahaan tidak membayar, jumlah dividen yang terutang akan menumpuk dan harus dibayar sebelum menerbitkan dividen kepada pemegang saham preferen. Sayangnya tidak semua saham preferen memiliki fitur ini, beberapa di antaranya tidak kumulatif.

Callable preferred share

Saham preferen Callable memungkinkan perusahaan untuk menariknya pada tanggal tertentu dan harga penebusan tertentu di masa depan. Harga penebusan bisa sedikit lebih tinggi atau sama dengan harga penerbitan asli. Perusahaan memiliki fitur call untuk membeli kembali sahamnya, dan pemilik tak boleh menolak opsi call.

Adjustable-rate preferred share

Jenis saham preferen lainnya ada Adjustable-rate preferred share yang membayar dividen bervariasi karena dikaitkan dengan tolok ukur yang ditentukan, seperti yield surat perbendaharaan negara (SPN). Penentuan tingkat penyesuaian dinyatakan dalam prospektus dan biasanya memiliki tingkat maksimum dan minimum. Fitur penyesuaian ini membuatnya lebih stabil dibanding saham preferen lainnya.

Bagaimana sudah tahu kan apa itu saham preferen?

8. Saham Treasury

Laporan ringkasan dan konsep analisis keuangan, pena dan notebook atau buku catatan dengan koin dan kacamata di atas laporan kertas.
Sumber foto: wutzkohphoto via Shutterstock

Jenis saham lainnya ada treasury yang merupakan istilah bagi perusahaan yang membeli kembali (buyback) sahamnya. Selanjutnya saham itu akan disimpan dalam rekening khusus saham treasury. Keberadaan saham treasury mampu mempengaruhi tingkat likuiditas saham di bursa, tergantung dari besar kecilnya jumlah saham yang dibeli kembali.

Tujuan Perusahaan Melakukan Penyimpanan Saham Treasury

Setiap perusahaan yang melakukan buyback selalu dilandasi dengan tujuan tertentu dan terkadang tujuannya berbeda-beda dari setiap perusahaan. Berbagai tujuan buyback saham di pasar antara lain:

  • Menaikkan laba bersih per saham/Earning Per Share (EPS).
  • Menstabilkan harga saham yang turun-naik. Biasanya untuk mencegah penurunan harga yang terlalu dalam.
  • Mengurangi jumlah pemilik saham.
  • Dibagikan sebagai dividen.
  • Dijual atau sebagai bonus kepada karyawan.
  • Ditukar dengan surat berharga perusahaan lain. Perlu digaris bawahi bahwa saham treasury bukanlah saham biasa yang dipegang oleh investor, masyarakat publik, ataupun pendiri (founders).

Selanjutnya kamu harus tahu bahwa pemegang saham treasury tak punya hak suara dalam RUPS dan tidak berhak mendapatkan dividen. Saham ini juga tidak diikutkan dalam perhitungan laba bersih per saham perusahaan. Jadi jangan heran bila emiten yang melakukan program buyback saham, indikator EPS menjadi meningkat.

9. Saham Biasa

Karyawan aktif di galeri pasar modal saham PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 2020
Sumber foto: Triawanda Tirta Aditya via Shutterstock

Saham biasa adalah surat berharga yang menandakan kepemilikan seseorang atas sebuah perusahaan. Pemegang saham biasa tak memiliki hak-hak istimewa dalam menentukan kebijakan layaknya pada saham preferen. Bila kamu mendengar orang-orang investasi saham di bursa saham, kemungkinan besar adalah saham biasa.

Pemegang saham biasa mendapatkan hak voting dan bersuara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Jadi investor saham ini bisa menentukan jalannya manajemen perusahaan kedepannya. Sayangnya dalam pembagian dividen, pemegang saham biasa tidak menjadi prioritas perusahaan karena berada di urutan terakhir setelah pemegang saham preferen. Pemegang saham biasa menjadi prioritas nomor tiga setelah pemilik obligasi dan saham preferen.

Kelebihan & Kekurangan Saham Biasa

Saham biasa memiliki berbagai kelebihan seperti tidak memiliki jatuh tempo, perusahaan lebih transparan, dan memungkinkan untuk melakukan diversifikasi usaha dan sebagainya.

Sayangnya saham ini juga memiliki kekurangan seperti penjualan saham dapat mengganggu kendali dari investor mayoritas, timbulnya agency problem yang berdampak peningkatan biaya agency sehingga berakibat kepada konflik antar kelompok seperti pemilik usaha, pengelola, manajer, hingga karyawan dalam perusahaan.

10. Initial Public Offering (IPO)

Ilustrasi Initial Public Offering di bursa efek menjelaskan apa itu saham IPO.
Sumber foto: iQoncept via Shutterstock

Initial Public Offering (IPO) merupakan Penawaran Saham Perdana bagi suatu perusahaan yang hendak menawarkan sahamnya kepada masyarakat. Makanya perusahaan yang melakukan IPO sering disebut sedang “GO PUBLIC”. Sejatinya ada berbagai sebab suatu perusahaan mau melepas atau menjual sahamnya ke publik/masyarakat. Beberapa sebabnya adalah sebagai berikut:

Mendapatkan dana murah

Perusahaan bisa mendapatkan dana dari berbagai sumber tanpa terbebani bunga. Hal ini tidak seperti obligasi maupun meminjam uang dari bank yang harus memiliki kewajiban membayar bunga.

Kinerja keuangan perusahaan lebih baik

Perusahaan bisa mendapatkan dana dari hasil IPO. Selanjutnya uang itu bisa digunakan untuk berbagai keperluan, entah itu membayar utang maupun memperbaiki laporan keuangannya dengan cepat.

Potensi pertumbuhan lebih cepat

Sejatinya perusahaan bisa menggunakan dana internal untuk melakukan ekspansi, misalnya untuk  membuka cabang. Namun jika memiliki dana tambahan dari publik, perusahaan bisa melakukan ekspansi bisa lebih cepat dan dalam jangka panjang.

Meningkatkan citra perusahaan

Salah satu keuntungan perusahaan yang telah Go Public adalah mendapatkan sorotan dari media. Bila mampu dikelola dengan baik, sorotan dari media tentu menjadi alat marketing tidak langsung bagi perusahaan.

Meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan

Nilai perusahaan yang telah go public akan melonjak di masa depan seiring dengan kenaikan harga sahamnya. Bila perusahaan memiliki kinerja yang baik di mata investor, maka peluang kenaikan saham juga meningkat.

Dengan go publik, nilai perusahaan berpeluang jauh meningkat di masa depan seiring dengan kenaikan harga sahamnya. Jika perusahaan dipersepsi memiliki kinerja yang baik oleh investor, maka peluang kenaikan saham juga meningkat.

Bagaimana, sudah tahu kan apa itu saham beserta jenis-jenisnya? Pengertian saham menurut para ahli juga tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas. Setelah mengetahui berbagai jenis saham, ada baiknya kamu mengetahui cara membeli saham termasuk bagaimana mendapatkan keuntungan dari investasi.