ASI merupakan satu-satunya makanan terbaik bayi sampai ia mampu memakan makanan lainnya. Sehingga, penting untuk selalu memberikan ASI kepada si kecil. Terutama untuk para ibu yang bekerja dan masih harus menyusui, memerah air susu adalah salah satu aktivitas wajib. Memerah ASI bisa menjadi pilihan agar asupan gizi anak tetap terpenuhi. Oleh karena itu, agar ASI hasil perahan tidak terbuang percuma, penting untuk mengetahui cara menyimpan ASI yang benar setelah dipompa.
Banyak yang menyebut, ASI yang telah diperah dengan sebutan ASIP. Perlu diketahui, ASIP sebenarnya bisa saja tahan di suhu ruangan selama 6 hingga 8 jam. Batas maksimal ASIP di suhu ruangan yaitu 8 jam. Akan tetapi, ibu juga perlu memperhatikan perubahan yang terjadi pada warna dan aromanya. Tes dulu dengan memberikan ASIP menggunakan sendok pada bayi. Jika si kecil menolak untuk meminumnya bisa jadi kondisi ASI tersebut sudah tak segar atau mungkin sudah terkontaminasi. Alangkah lebih baiknya untuk segera dibuang.
Sebagai informasi, ASI sendiri sebenarnya memiliki semacam zat antibiotik yang mampu membunuh banyak virus dan bakteri. Namun, pastikan saat memerahnya kondisi tangan dalam keadaan bersih. Begitu juga media penyimpanannya. Ibu perlu mengetahui cara menyimpan ASI yang benar setelah dipompa atau ASIP yang baik dan benar. Sebab, ASI harus tertutup rapat agar terhindar dari paparan kotoran dari luar. Berikut ini Qoala akan jelaskan beberapa cara menyimpan ASI yang benar setelah dipompa.
Cara Menyimpan ASI yang Benar
Cara menyimpan ASI yang benar setelah dipompa bisa dengan menggunakan berbagai pilihan tempat, antara lain seperti botol kaca, botol plastik dengan label bebas bahan-bahan berbahaya, ataupun kemasan plastik khusus untuk ASI. Dengan catatan, hindari menyimpan ASI perah dalam kemasan botol atau plastik yang biasa digunakan untuk keperluan umum. Sebab tempat penyimpanan ASI juga bisa mempengaruhi kualitas ASI yang disimpan.
Tak hanya itu, agar ASI yang disimpan tetap terjaga kualitasnya, ibu juga perlu melakukan sterilisasi botol bayi atau kemasan penampung ASI perah terlebih dahulu yang akan didinginkan atau dibekukan. Ibu bisa melakukan sterilisasi dengan merebus botol dan bagian pompa ASI yang bersentuhan dengan kulit, dalam air panas mendidih sekitar 5-10 menit.
Jika menggunakan kemasan plastik untuk penampung ASI perah, tempatkan lagi dalam kontainer atau kotak kemasan lain sebelum memasukkannya ke dalam lemari pendingin. Sebab, kemasan plastik lebih berisiko mengalami kebocoran. Selanjutnya, jangan lupa memberikan label yang mencantumkan tanggal ASI diperah, pada botol atau plastik kemasan. Selain memperhatikan tempat penyimpanannya, penting juga untuk mengetahui cara menyimpan ASI yang benar setelah dipompa.
Cara Menyimpan ASI di Suhu Kamar
ASI yang baru saja dipompa bisa disimpan pada suhu ruang, tidak lebih dari 25 derajat celcius. Normalnya, dapat disimpan hingga 4 jam selama terkena paparan sinar matahari secara langsung atau dekat dengan sumber panas lainnya. Dalam beberapa kasus, bisa saja bertahan hingga 6 jam pada suhu ruang, terutama jika suhu tidak terlalu hangat atau ruangan suhunya lebih dingin.
Cara Menyimpan ASI di Kulkas
Salah satu tempat penyimpanan ASI yang aman adalah kulkas. Tak heran, jika kulkas memang menjadi solusi utama sebagai cara menyimpan ASI Perah. Namun, proses cara menyimpan ASI perah di kulkas juga tidak boleh sembarangan. Untuk ASI perah yang akan dibekukan, masukkan langsung botol ke dalam freezer segera setelah diperah.
Namun, untuk menghindari perubahan suhu secara mendadak, sebelum dimasukkan ke freezer, ibu bisa meletakkan ASI perah di kulkas bagian bawah terlebih dahulu. Kemudian sekitar dua jam, barulah pindahkan ASI perah ke freezer. Hal yang paling utama adalah selalu usahakan untuk langsung menyimpan ASI perah di lemari pendingin setelah diperah.
Cara Menyimpan ASI Tanpa Kulkas
Untuk cara menyimpan ASI tanpa kulkas yakni dengan cara ASI yang telah diperah dimasukkan ke dalam botol kaca, kemudian ditutup rapat lalu disimpan dalam kotak styrofoam yang telah dipenuhi es. Jika cara menyimpan ASI tanpa kulkas sudah dilakukan dengan benar, dan tidak sering dibuka maka ASI tersebut bisa bertahan hingga 24 jam.
Idealnya, dalam cara menyimpan ASI tanpa kulkas adalah hindari perubahan suhu mendadak dan tidak sering membuka wadah. Buka tutup hanya untuk memasukkan atau mengeluarkan ASI. Untuk waktu penyimpanan ASI yang lebih dari 24 jam, ganti es batu yang sudah mencair dengan yang beku. Hal ini dapat menambah masa waktu simpan hingga 36 jam.
Cara menyimpan ASI perah tanpa kulkas dan hanya menggunakan box pendingin, mungkin dapat bertahan sekitar sehari. Sebab jangka daya tahannya cukup pendek, maka dari itu ibu perlu menerapkan strategi saat memerah ASI.
Hal penting yang perlu digaris bawahi adalah hindari memerah ASI terlalu banyak, lebih baik sesuaikan dengan kapasitas minum bayi. Contohnya, dalam sekali minum bayi membutuhkan 200 ml ASI, maka cukup perah sekitaran jumlah itu. Hal ini bertujuan agar sisa ASI yang melewati batas waktu, tidak terbuang sia-sia.
Cara Menyimpan ASI di Freezer
Jika ibu perlu membekukan ASI yang diperah, maka bisa menggunakan kantong plastik khusus untuk menyimpan ASI. Hindari penggunaan botol karena terlalu tipis dan bisa menyebabkan kebocoran. Suhu freezer harus 17,8 derajat celcius. Kemudian simpan di bagian belakang freezer jika memungkinkan.
Cara Menyimpan ASI di Tas Pendingin
Terakhir, jika perlu menyimpan ASI saat jauh dari rumah, ibu dapat memanfaatkan tas pendingin untuk menjaga kesegaran ASI selama 24 jam. Ini pilihan yang baik saat harus kembali bekerja, terutama jika tidak ada kulkas di kantor yang bisa digunakan untuk menyimpan ASI.
Jenis-jenis Wadah untuk Menyimpan Asi
Demi menjaga kualitas dan kesegaran ASI perah (ASIP), tentunya perlu menyimpan di dalam wadah yang aman seperti botol kaca, botol plastik ataupun kantong ASI. Ada beberapa cara menyimpan asi di botol dot baik botol kaca ataupun botol plastik. Akan tetapi, ada juga cara menyimpan ASI perah dalam kantong ASI sekali pakai sebab lebih praktis. Sebelum memilih wadah terbaik menyimpan ASIP, coba simak dulu penjelasan berikut ini.
Botol ASI Kaca
Apabila ingin lebih memastikan botol ASI yang di pakai aman dan bebas dari BPA, maka bisa menggunakan bahan kaca. Dibandingkan dengan botol plastik, botol ASI kaca memang jauh lebih berat yang mungkin akan menyulitkan bayi untuk memegangnya saat menyusu.
Meski demikian, tak perlu khawatir botol ASI kaca ini mudah pecah. Solusinya, kamu bisa memilih botol dari bahan kaca yang dilengkapi dengan penutup botol berbahan silikon. Silikon ini memiliki bentuk yang sesuai dan pas dengan botol sehingga bisa membantu melindunginya agar tidak mudah pecah. Berikut kelebihan dan kekurangan botol ASI kaca:
- Kelebihan botol ASI kaca
- Lebih tahan lama untuk digunakan dalam waktu lama dibandingkan dengan botol plastik
- Bebas dari bahan BP
- Botol bisa direbus atau direndam di dalam air dengan suhu panas
- Kekurangan botol ASI kaca
- Harganya relatif lebih mahal
- Mudah pecah jika terjatuh
- Lebih berat
- Hanya tersedia dalam ukuran tertentu
Botol ASI Plastik
Meski berbahan dasar plastik, tidak perlu khawatir mengenai keamanannya saat digunakan. Botol plastik umumnya telah dirancang sedemikian rupa sehingga aman untuk bayi. Jika tidak ingin membeli botol ASI plastik yang mengandung bahan kimia tertentu, coba pilih botol yang bebas dari BPA (bisphenol-A).
BPA adalah sejenis bahan kimia yang biasanya digunakan dalam pembuatan berbagai produk, seperti wadah makanan atau minuman maupun produk kebersihan. Solusi lainnya, ibu bisa mencari botol dengan nomor daur ulang “5”, karena terbuat dari polipropilen (PP atau polypropylene). Label PP atau nomor daur ulang 5 yang terletak di bagian bawah botol merupakan pilihan bahan plastik yang baik.
Hal tersebut tak hanya berlaku untuk menyimpan ASI, botol ASI plastik ini nantinya juga bisa digunakan saat menyusui bayi. Selain, menjadi wadah penyimpan air susu ibu, botol plastik memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan. Berikut kelebihan dan kekurangan botol ASI plastik:
- Kelebihan botol ASI plastik
- Ringan
- Kuat
- Tidak mudah pecah
- Harganya relatif murah
- Tersedia dalam berbagai ukuran berbeda
- Kekurangan botol ASI plastik
- Tidak bisa dipakai untuk jangka waktu yang lama
- Tidak bisa direbus atau direndam di dalam air dengan suhu yang terlalu panas
Botol ASI Plastik dengan Disposable Liner
Selanjutnya, plastik dengan disposable liner merupakan botol berbahan plastik, namun dilengkapi dengan plastik sekali pakai yang sudah disterilisasi. Plastik sekali pakai yang sudah steril (disposable sterilized liner) ini ada di dalam botol, dan berfungsi sebagai tempat menampung ASI perah. Namun, sesuai namanya, disposable sterilized liner hanya bisa digunakan sekali dan kemudian dibuang. Berikut kelebihan dan kekurangan botol ASI plastik dengan disposable liner:
- Kelebihan plastik dengan disposable liner
- Botol plastik bisa digunakan kembali, karena hanya perlu mengganti disposable liner di dalamnya
- Botol plastik mudah dibersihkan dan tidak memakan waktu lama setelah disposable liner dibuang
- Bebas dari bahan BPA
- Sangat praktis untuk dibawa saat bepergian
- Kekurangan plastik dengan disposable liner
- Harganya relatif lebih mahal karena hanya sekali pakai
Kantong ASI
Selain disimpan di dalam botol, ASI perah juga bisa disimpan dan ditampung di dalam kantong. Kantong ASI tersebut sudah steril jadi tidak pelu disterilkan atau dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Akan tetapi, pastikan kembali telah memilih kantong ASI dengan segel rapat dan memiliki kualitas yang baik. Dengan begitu, ASI perah yang ditampung di dalamnya tidak mudah bocor atau tumpah.
Jika dibandingkan dengan botol, penggunaan kantong tidak terlalu memakan tempat di dalam ruang penyimpan. Namun, ASI yang disimpan di dalam kantong tetap harus dipindahkan ke dalam botol saat hendak diberikan kepada bayi. Secara keseluruhan, berikut perbandingan kelebihan dan kekurangan pemakaian kantong dalam cara menyimpan ASI perah:
- Kelebihan kantong ASI
- Harganya relatif murah
- Mudah digunakan
- Hanya sekali pakai, sehingga tidak butuh waktu lama untuk membersihkannya
- Ukurannya kecil dan memakan sedikit ruang, sehingga bisa disimpan dalam jumlah banyak di dalam cooler bag, kulkas, maupun freezer
- ASI yang disimpan di dalam kantong lebih cepat dan mudah dicairkan dibandingkan dengan botol kaca atau plastik.
- Kekurangan kantong ASI
- Memiliki risiko ASI bocor, tumpah, atau pecah
- Beberapa pompa ASI tidak bisa mengalirkan ASI langsung ke dalam kantong, tapi harus melalui botol terlebih dahulu
- Hanya bisa dipakai sekali, sehingga lama-lama bisa mengeluarkan biaya yang lebih besar ketimbang membeli botol kaca atau plastik.
Berapa lama ASI bertahan?
Seperti yang telah dijelaskan di atas, ASI perah memiliki daya tahan yang berbeda tergantung dari tempat penyimpanannya. Mengutip dari berbagai sumber, berikut daya tahan penyimpanan ASI berdasarkan tempat penyimpanannya.
- Suhu kamar
ASI yang baru saja diperah dapat disimpan pada suhu kamar hingga 8 jam. Menurut seorang konselor laktasi Kelly Bonyata, IBCLC, pada ruang hangat bersuhu 27 hingga 32 derajat celcius, daya tahan ASI perah adalah 3 sampai 4 jam. Selain itu, di suhu ruang 16 sampai 26 derajat celcius, ASI perah mampu bertahan 4 hingga 8 jam. Idealnya ASI perah bertahan 3 sampai 4 jam di suhu ruang.
- Cooler bag
ASI perah juga dapat disimpan di dalam cooler bag tertutup atau tas insulator yang telah diisi ice pack. Di dalam cooler bag dengan suhu sekitar minus 4 derajat celcius, ASI perah bisa bertahan selama 24 jam.
- Kulkas
Jika disimpan di dalam kulkas atau lemari es yang bersuhu 4 derajat celcius, ASI perah mampu bertahan selama 5 hari. Akan tetapi, ASI perah sebaiknya bisa segera digunakan dalam waktu 3 hari. Penyimpanan di kulkas sebaiknya tidak dicampur dengan bahan makanan.
- Freezer
Terakhir, ASI perah dapat disimpan dalam beberapa jenis freezer. Untuk cara menyimpan ASI di kulkas satu pintu memiliki suhu minus 15 derajat celcius dan ASI perah hanya bertahan sekitar 2 minggu.
Sementara cara menyimpan ASI di kulkas 2 pintu memiliki suhu minus 18 derajat celcius dan daya tahan ASI perah adalah 3 sampai 6 bulan. Pada bagian belakang (deep freezer), ASI perah mampu bertahan hingga 12 bulan.
Cara Menghangatkan dan Mencairkan ASI
Tentunya ada trik khusus untuk menghangatkan dan mencairkan ASI, terutama yang berasal dari freezer karena biasanya pada ASI yang lemaknya terpisah. Dengan cara menghangatkannya, maka lemak yang terpisah tersebut akan tercampur kembali dengan baik.
Penyebab lainnya mengapa ASI perlu dihangatkan yaitu karena secara umum, suhu ruangan dan makanan hangat dianggap lebih mudah dicerna dan akan lebih bergizi daripada makanan dingin. Sehingga, menghangatkan ASI akan membuat bayi lebih mudah mencernanya.
Saat ingin menghangatkan ASI, sebaiknya menggunakan suhu yang tidak terlalu panas. Karena, hal tersebut tidak hanya merusak kandungan dalam ASI tetapi juga dapat membakar mulut bayi. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas ASI akan memburuk bila dipanaskan melebihi kisaran suhu yang disarankan.
Turunkan ASIP dari freezer ke chiller dan diamkan selama 24 jam atau sampai mencair sepenuhnya, baru kemudian bisa dihangatkan untuk diminum. Sebaiknya hindari perubahan suhu mendadak karena ASI amat sensitif terhadap perubahan suhu. Selain dicairkan lebih dahulu khusus untuk ASIP beku, berikut beberapa metode menghangatkan dan mencairkan ASI yang bisa diterapkan.
- Menggunakan air hangat
Ibu perlu menyiapkan semangkuk air hangat. Dilanjutkan dengan menempatkan kantong atau botol ASI yang tertutup rapat ke dalam air. Biarkan susu selama beberapa menit hingga mencapai suhu tubuh. Ketika air terlalu dingin, gantilah dengan air yang lebih hangat sampai susu menjadi hangat dengan benar. Kocok dengan perlahan agar lemak yang terpisah dalam ASI beku kembali tercampur.
- Di bawah air yang mengalir
Metode lainnya, cara menghangatkan ASI juga dapat dilakukan dengan mencairkan ASI dalam wadah tertutup di bawah air keran yang mengalir. Pastikan suhu air keran cukup hangat. Metode ini dapat bekerja dengan baik tetapi membuang banyak air.
- Menggunakan penghangat botol
Cara yang satu ini merupakan cara termudah untuk menghangatkan ASI terutama untuk menyusui tengah malam jika tidak ingin terlalu menunggu lama. Gunakan penghangat botol sesuai petunjuk untuk menghindari panas berlebih.
- Uji suhu
Terakhir, yang tak kalah penting dilakukan adalah uji suhu. Jangan pernah memberikan ASI yang baru dihangatkan pada bayi tanpa memeriksa suhunya terlebih dahulu. Untuk uji suhu, bisa dicoba dengan teteskan terlebih dahulu ke pergelangan tangan. Jika cairan terasa netral suhunya, tidak terlalu panas dan dingin, barulah dapat memberikannya pada bayi sesegera mungkin.
Cara Mencampur ASI Perah Beda Waktu
Menurut beberapa para ahli, mencampur ASI yang diperah dalam waktu yang berbeda ke dalam satu wadah memang aman, tetapi tetap perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
ASI segar vs ASI suhu ruangan
Memompa atau memerah ASI kerap dilakukan per 3-4 jam sekali, dan umumnya ASI segar bisa bertahan selama 4 jam pada suhu ruangan. Jika sebelumnya telah memompa ASI dan ASI masih ditaruh di tempat penyimpanan (botol atau plastik) pada suhu ruangan, bisa saja mencampurnya dengan ASI perah yang baru saja diperah.
Namun, pastikan juga ASIP yang berada di dalam botol atau plastik tidak lebih dari 4 jam. Hal penting yang perlu diketahui, bahwa ASIP yang telah dipompa sebelumnya (misal 2 jam yang lalu) dan digabungkan dengan ASIP yang baru saja diperah, maka masa berlaku campuran ASIP tersebut bukanlah ASIP baru, tetapi ASIP 2 jam yang lalu. Sehingga, ada baiknya segeralah memberikannya kepada Si Kecil atau bisa juga segera simpan di lemari pendingin.
ASI segar vs ASI dingin
Selain menggabungkan ASI segar dengan yang disimpan pada suhu ruangan, bisa juga mencampurkan ASI segar dengan ASI perah yang telah disimpan di dalam lemari pendingin.
Akan tetapi, tidak bisa langsung menggabungkan kedua ASI perah itu. Pertama, harus menyimpan ASI segar terlebih dahulu di lemari pendingin, setidaknya selama 30 menit, kemudian baru bisa dicampurkan dengan ASI perah yang sudah dingin. Tujuannya untuk menyamakan suhu kedua ASIP tersebut. Namun, hal ini hanya berlaku pada ASI yang diperah dalam satu hari yang sama.
ASI segar vs ASI beku
Terakhir, mencampurkan ASI segar dengan yang beku tidak dianjurkan, karena suhunya tidak sama, sehingga bisa membuat ASI perah menjadi rusak. Terkadang, ASI beku yang dicampur ASI cair bisa ikut menjadi cair. Sedangkan ASI beku yang sudah dicairkan tidak boleh dibekukan lagi. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menyimpannya di tempat yang terpisah saja.
Bila tidak bisa menyusui setiap saat, memompa atau memerah ASI dan menyimpannya adalah pilihan yang terbaik. Namun, tetap perhatikan cara menyimpan ASI yang benar setelah dipompa dan selalu pastikan alat untuk memerah ASI dan tempat penyimpanannya bersih dan aman untuk bayi.
Ciri-ciri ASI Basi
Sebelum memberikan ASI kepada Si Kecil, selain memeriksa sudah berapa lama ASI disimpan, perlu juga memperhatikan dulu ada tidaknya beberapa iciri-ciri ASI basi seperti berikut ini.
- Berbau masam
Aroma ASI mirip seperti aroma susu sapi. Jika sudah disimpan dan dibekukan, aromanya bisa sedikit asam. Ada juga ASI yang beraroma “seperti sabun“. Aroma ini normal karena merupakan tanda pemecahan lemak akibat tingginya kadar enzim lipase.
Untuk memastikan ASI basi atau tidak, buka wadah penyimpanan ASI dan cium bau ASI perah yang telah dicairkan tersebut. ASI yang basi akan berbau asam mirip dengan susu sapi yang telah kadaluarsa.
- Adanya gumpalan
Selanjutnya, ASI perah yang disimpan di suhu ruang atau di dalam kulkas biasanya akan terbagi menjadi dua lapisan. Pada lapisan atas, ASI biasanya berwarna putih kekuningan dengan tekstur kental. Sedangkan untuk di lapisan bawah, ASI berwarna lebih bening dengan tekstur lebih encer.
Hal ini dianggap normal karena kandungan lemak ASI lebih ringan dan akan naik ke bagian atas layaknya minyak bercampur dengan air. Biasanya, pada ASI segar, lapisan ini seharusnya kembali menyatu saat wadah digoyang-goyang perlahan (tidak perlu dikocok). Bila lapisan tidak menyatu, apalagi nampak gumpalan di dalamnya, ASI kemungkinan sudah basi.
- Warna tidak putih kekuningan
Perlu diperhatikan, warna ASI basi atau tidak sehat adalah jika warnanya tidak putih kekuningan atau tampak seperti kemerahan dan putih menggumpal. Warna merah pada ASI bisa menjadi tanda adanya luka pada puting ibu. Bila menemukan ciri ASI basi seperti ini, langsung buang ASI perah tersebut dan jangan meminumkannya pada bayi dengan alasan apapun.
- Terasa asam
Terakhir, ASI perah memang memiliki rasa hambar yang tidak menyenangkan di lidah orang dewasa. Proses pembekuan dan mencairkan ASI kembali juga dapat membuat rasa ASI berubah. Namun, bukan berarti ASI tersebut dianggap basi. ASI perah dibilang basi jika mengeluarkan rasa asam, seperti susu sapi yang telah basi pada umumnya bahkan terasa lebih tajam. Untuk itu, pastikan mencobanya terlebih dulu rasa ASI perah yang disimpan sebelum memberikannya pada bayi.
Sebagai seorang ibu menyusui tentunya harus memberikan yang terbaik untuk Si Kecil. Pasalnya, seorang ibu menyusui yang harus bekerja juga, perlu menjaga kesehatan agar produksi ASI tetap lancar. Sebagai upaya menjaga kesehatan, makan makanan yang sehat dan menjaga stamina menjadi hal yang utama. Terkadang, ketika kelelahan, produksi ASI pun berpengaruh. Oleh sebab itu, kesehatan menjadi hal utama yang mempengaruhi produksi ASI.
Selain olahraga dan menjaga makanan, untuk melengkapi upaya perlindungan diri dari penyakit, ibu menyusui juga perlu memiliki proteksi dari risiko kerugian finansial akibat sakit. Hal ini bisa dilakukan dengan memiliki asuransi kesehatan. Sebab, jika nanti sakit dan harus periksa ke dokter, ada biaya yang perlu dikorbankan. Biayanya pun tak sedikit. Dengan memiliki asuransi kesehatan, biaya ke dokter atau ke rumah sakit bisa menjadi tanggungan pihak asuransi. Hal ini cukup mempermudah, bukan? Jika tertarik untuk memiliki asuransi kesehatan, ada baiknya untuk memahami terlebih dahulu melalui Qoala App dan membacanya lebih lanjut di Blog Qoala. Tak hanya soal asuransi kesehatan, penjelasan terkait asuransi pendidikan, asuransi jiwa, dan informasi umum lainnya seperti olahraga untuk ibu hamil juga sangat lengkap.